Header Ads

Segenggam Cuitan Hati Penggemar Setia Bulu Tangkis Indonesia

Siluet penonton saat menyaksikan turnamen Mansion Indonesia International Challenge 2022 di GOR Amongrogo. (Sumber: Irza Triamanda)
Cinta yang tulus adalah cinta yang mampu memberi perubahan baik pada yang dicintainya. Sepahit apa pun kata yang pernah dilontarkan, tetap alasan utamanya adalah kepedulian. Hal demikian yang dilakukan oleh mereka yang hidup dengan vitamin tontonan bulutangkis setiap harinya.

Terkenal lama sebagai salah satu negara yang disegani dalam dunia bulutangkis, Indonesia sudah banyak mengukir prestasi dalam olahraga tersebut. Pada tahun 1992, untuk pertama kalinya dalam sejarah olahraga Indonesia. Bulutangkis Indonesia berhasil membawa pulang medali emas Olimpiade. Susi Susanti dan Alan Budikusuma, sepasang kekasih yang berasal dari sektor tunggal putri dan putra tersebut yang sukses mempersembahkannya. Dua emas bulutangkis berhasil dioleh-olehkan untuk masyarakat Indonesia.

Tak hanya Olimpiade, berbagai kejuaraan bergengsi di dunia badminton sudah berhasil digondol oleh Indonesia, baik individu, maupun beregu. Turnamen All England contohnya. Sejak tahun 1968 sampai sekarang, Indonesia masih cukup aktif mencetak sejarah di sana dengan prestasi-prestasinya.

Untuk rangkaian turnamen BWF World Tour Super 300 sampai 1000,  Pada tahun 2022 Indonesia tercatat mampu mendulang 13 juara dengan dominasi sektor putra. Ganda putra menyumbang 6 gelar, sedangkan tunggal putra 4 gelar. Ganda campuran hanya mampu menghasilkan satu gelar. Sisanya adalah milik ganda putri berambut bondol Indonesia, Apriyani dan Siti Fadia.

Meskipun sektor putri kurang berjaya di individual, tetapi secara mengejutkan, mereka berhasil mengukir sejarah di turnamen beregu putri Asia 2022 dengan mengalahkan Korea Selatan di final. Bak melihat secerah cahaya di dalam goa yang gelap, masyarakat Indonesia dibungkam pesimistisnya. Harapan terlihat untuk piala Uber dan Sudirman mendatang.

Bagaimana tidak berharap, piala Sudirman, Uber, dan Thomas adalah sejarah bagi Indonesia. Jaya di tahun 1990-an, kini rasanya sulit untuk mengukir itu kembali. Terakhir, piala Thomas sempat mampir lagi ke Indonesia tahun 2021. Setelahnya, masih nihil gelar untuk ketiganya.

Bahkan, turnamen beregu campuran Asia 2023 yang merupakan ajang kualifikasi menuju piala Sudirman, Indonesia dibungkam negeri gingseng di babak delapan besar. Kecolongan poin di sektor ganda putra dan putri, yang di atas kertas lebih diunggulkan. Ironis memang, padahal lawannya hanya menurunkan pemain lapis dua saat itu.

“Kami mohon maaf belum bisa memberikan prestasi seperti harapan masyarakat Indonesia. Kekalahan ini harus diterima. Main di Dubai tak gampang, harus beradaptasi dengan bola, suasana, dan lapangan,” pernyataan resmi Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) melalui Ketua Bidang Bina Prestasi, Rionny Mainaky, setelah kekalahan itu.

Harri Mustari (52), pencinta badminton asal Tasikmalaya, memberikan tanggapannya. “Kans untuk meraih juara di Sudirman Cup 2023 tetap ada, walaupun agak tipis,” ujar pria yang mengidolakan Mohamad Ahsan tersebut.

Menurutnya, cerminan hasil piala Sudirman bukan hanya dilihat dari itu. Pemain dan pelatih adalah sepasang hal yang juga berpengaruh.

Perlu ditilik kembali, dalam promosi dan degradasi pemain, serta pergantian pelatih yang diumumkan awal tahun ini, terdapat 13 nama atlet yang tidak tercantum lagi di sana. Beberapa diantaranya cukup dikenal oleh para pencinta bulu tangkis Indonesia. Sebut saja Putri Syaikah yang sempat digadang-gadang menjadi salah satu aset berkelas ganda putri, Mychelle Crhystine Bandaso yang sudah wara-wiri di turnamen kelas atas, serta Nandini Arumni Putri seorang pemain pratama yang hampir menyumbang poin di piala Uber 2020. Ketiganya bernasib sama karena terjegal cedera.

Berbagai cuitan muncul di media sosial, banyak yang iba terhadap mereka, tetapi tak sedikitpula yang mempertanyakan kapabilitas PBSI dalam menangani permasalahan atlet cedera. Mereka mengaku selalu menantikan kabar atlet-atlet kesayangannya itu. Ingin membersamai mereka sampai pulih kembali. Bukan tak pernah terdengar kabar perkembangnya, lalu terdegradasi begitu saja.

Abdillah Mustamin (21) asal Sulawesi Tenggara, yang menggemari badminton semenjak kelas 5 SD, memberi komentar bijak tentang hal itu. Menurutnya, PBSI perlu memberikan waktu bagi mereka, tetapi apabila cedera yang dialami cukup parah, wajar apabila harus dikeluarkan dari pelatnas.

Meskipun demikian, ia ingin PBSI tidak terburu-buru memutuskan.”Jangan sampai seperti kasus Gloria Emanuelle Widjaja. Dia masih berpotensi, buktinya sekarang sedang naik daun dengan pasangan barunya di luar pelatnas,” ucap pria yang menjadikan Kento Momota sebagai panutan berbulu tangkisnya itu.

Selain pemain, terdapat pergantian pelatih di beberapa sektor, salah satunya adalah ganda campuran. Hengkangnya Nova Widianto ke Malaysia mengakibatkan sektor ini hanya bertumpu pada satu pelatih saja, yaitu Amon Sunaryo. Katanya, PBSI sudah mencarikan teman untuknya. Akan tetapi, konon katanya karena masalah administrasi yang belum rampung, sosok itu belum bisa mulai membersamai kepelatihan ganda campuran.

Sudah cukup lama, sampai menjelang akhir Februari ini, tetapi tak kunjung ada nama baru yang diumumkan. Menurut Abdillah, permasalahan ada di pihak PBSI, bukan sosok pelatih baru itu.

“Dari PBSI saja itu yang kurang. Seharusnya ada kejelasan untuk pelatih itu. Karena melatihkan tidak mudah, harusnya ada kepastian,” tegasnya.

Selain pergantian pelatih, faktor pribadi pemain tampaknya masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi PBSI. Bagaimana tidak, meskipun berhasil menghasilkan gelar, tetapi beberapa pemain utama masih belum bisa menunjukkan konsistensi.

Bak olahraga jantung, pencinta bulu tangkis sepertinya sudah sangat bersahabat dengan hal itu. Melihat pemain sudah unggul jauh secara poin, tetapi tiba-tiba tertikung lawan. Setelah juara, lalu gugur dibabak-babak awal tanpa memberikan perlawanan yang berarti. Belum lagi, masalah servis busuk yang tak kunjung usai.

Menurut Chikal Puspa Ghaisyani (20), pencinta badminton asal Bekasi, ada satu permasalahan utama penyebab semua itu. “Jujur singkat saja, mental pemain sih,” ujarnya sambil tersenyum.

Meskipun demikian, Chikal tidak memungkiri bahwa persaingan bulu tangkis saat ini memang sangat ketat dan hampir merata di semua sektor.

Harri setuju dengan pendapat Chikal, semua negara berupaya meningkatkan kualitas kemampuan atletnya. Menurutnya, Indonesia harus membenahi dari dasar apabila ingin meraih gelar piala Sudirman tahun ini dan gelar-gelar prestisius lain kedepannya.

Yang harus diperbaiki adalah menjaring lagi talenta atlet secara masif terutama di sektor putri dengan memperbanyak kompetisi dimulai dari kejuaraan daerah. Selain itu, memperbaiki sarana pada pusat pelatda dan pelatnas, dengan melakukan sport science pada sistem kepelatihannya,” ujar Harri memberikan masukan.

Abdillah menambahi, “Kalau sarana dan prasarana sudah cukup baik, persiapan pemain juga harus dilakukan dengan maksimal. Pribadi atlet harus punya mental yang teguh, tidak seperti sekarang ini.” Ia juga menginginkan agar ada tekanan morel dari pihak PBSI agar pemain bisa merasa punya tanggung jawab moral lebih.

Ketiganya merapalkan harapan yang tulus untuk bulu tangkis Indonesia saat ini. “Semoga bisa terus menghasilkan bintang baru di sektor putra dan putri secara merata. Khusus putri, sangat berharap ada atlet yang prestasinya bisa sejajar dengan Susi Susanti,” ungkap Harri.

Untuk turnamen yang cukup dekat, piala Sudirman tanggal 14-21 Mei di China mendatang, mereka memanjatkan doa terbaik dari hatinya yang terdalam, yaitu juara.

“Aku berharap semoga Indonesia bisa mengulangi gelar Sudirman Cup yang dulu, saat pertama kali diselenggarakan dan itu menjadi gelar satu-satunya bagi Indonesia. Semoga besok bisa meraih Sudirman Cup di tempat yang merajai Sudirman Cup itu, yaitu di China,” ucap Abdillah.

Sedangkan Chikal hanya menginginkan para pemain andalan Indonesia itu, nantinya bisa bermain dengan tanpa beban saja. Soalnya ia yakin, dengan begitu, kemampuan terbaiknya  bisa dimaksimalkan.

“Mau ulang momen haru Thomas Cup 2020 di Sudirman Cup 2023, semoga,” ujar Chikal dengan penuh harapan. (Irza Triamanda)


Editor: Razaqa Hariz

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.