Jembatan Pensil, Sebuah Jalan untuk Merajut Asa
Film Jembatan Pensil (Foto: Indopos.co.id) |
Sutradara : Hasto Broto
Produser :
Tyas Abiyoga
Produser Pelaksana : Rahmat
Suardi
Produser Eksekutif : La Ode
Haerun Gowe
Penulis :
Exan Zen
Pemeran :
·
Meriam
Bellina
·
Kevin
Julio
·
Alisia
Rininta
·
Andi
Bersama
·
Agung
Saga
·
Deden
Bagaskara
·
Roy
Turaekhan
·
Didi
Mulya
·
Azka
Marzuqi
·
Angger
Bayu
·
Nayla
D. Purnama
·
Permata
Jingga
·
Vickram
Priyono
Musik :
Anwar Fauzi
Perusahaan Produksi : Grahandhika Visual
Genre : Drama, Edukasi, Keluarga
Tanggal rilis :
7 September 2017
Negara : Indonesia
Bahasa : Indonesia
SINOPSIS
Bercerita
tentang kehidupan anak sekolahan di daerah pedalaman. Mereka harus berjuang untuk
mendapat pendidikan di sebuah sekolah gratis yang dibangun oleh seorang Guru. Cerita
berpusat pada Ondeng (Didi Mulya), seorang anak berkebutuhan khusus yang menjalin
persahabatan dengan Inal, Nia, Aska, dan Yanti. Ondeng yang memiliki ‘keterbelakangan’
dan Inal yang tuna netra, dalam setiap perjalanan menuju sekolah, mereka harus
melewati sebuah jembatan rapuh, ditambah dengan jarak tempuh yang jauh. Lika-liku
tersebut tidak mematahkan semangat mereka untuk pergi ke sekolah.
Meski
masyarakat setempat banyak yang kurang peduli akan pentingnya pendidikan,
Ondeng dan teman-temannya memiliki cita-cita yang sangat mulia. Ondeng sering
membuat sketsa kehidupan ayahnya yang merupakan seorang nelayan dan sketsa sebuah
jembatan. Cita-citanya adalah bisa membangun sebuah jembatan yang layak agar sahabat-sahabatnya
dapat pergi ke sekolah dengan mudah. Titik balik dari film ini adalah saat jembatan
rapuh itu rubuh. Selain itu, Ondeng harus kehilangan ayahnya. Setelah perjuangan
yang gigih, Ondeng dapat mewujudkan cita-citanya, membangun jembatan baru.
KELEBIHAN FILM
Film
ini menyajikan realitas yang memang benar adanya terjadi di pedalaman-pedalaman
Indonesia. Mulai dari sangat sederhananya sarana dan prasarana sekolah, akses
dan medan yang sulit, pakaian dan alat tulis siswa yang serba seadanya, dan kurangnya
jumlah tenaga pengajar. Banyak pesan moral yang bisa kita dapatkan. Begitu gigihnya
kemauan Ondeng dan kawan-kawan untuk mendapatkan pendidikan dapat menggugah
semangat penonton, khususnya pelajar untuk belajar.
Didi
Mulya dirasa sangat baik dalam memerankan tokoh Ondeng. Selain itu, selama
menonton Jembatan Pensil, mata penonton sangat dimanjakan dengan keindahan alam
pulau Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, khususnya pantai Towea. Tak sekadar pantai
dan keindahan alamnya, film ini juga menonjolkan aspek budaya masyarakat Pulau
Muna. Latar musik yang bagus dan bisa mewakili setiap suasana semakin menambah kekaguman
penonton dalam film ini.
KEKURANGAN FILM
Kurang
matangnya skenario film Jembatan Pensil membuat beberapa pengambilan gambar
terasa seperti sinetron.Sedikit mengecewakan, karena Jembatan Pensil lebih
menonjolkan sisi dramanya daripada edukasi. Peran aktor dan aktrisnya juga kurang
maksimal. Bisa terlihat bahwa tidak semua aktor di sini menuturkan dialek dan
aksen khas Muna dengan baik. Lagi-lagi, kekurangan terbesar perfilman Indonesia
adalah kurang maksimalnya tata rias. Terasa
sangat janggal ketika ada seorang nelayan yang memiliki kulit putih bersih,
seakan ia baru keluar dari salon, bukan habis terpapar teriknya sinar matahari.
KESIMPULAN
Saat
menonton film Jembatan Pensil, terasa seperti disodorkan menu makanan yang sama
dan sudah pernah mencicipinya. Mungkin karena kurang matangnya penggarapan kisah
dan skenario, alhasil terlihat seperti sedang menyaksikan Laskar Pelangi jilid
2. Hadirnya talenta-talenta aktor dan aktris lokal dalam film ini patut untuk
diapresiasi. Untuk ke depannya, jika ingin menghadirkan film-film bernuansa
lokal, pihak produksi harus bisa mematangkan riset budaya dan riset naskah.
Sehingga dapat menghasilkan film dengan kualitas yang baik dan memperkaya pengetahuan
kita akan suatu budaya lokal.
RATING
6,5/10
(Azura
Aulia Azahra)
Editor: Ganisha Puspitasari
Terharu, sangat sedih nonton film ini
BalasHapus