Header Ads

George Orwell Bubuhkan Politik Satir dalam Buku Animal Farm

Cover Buku  Animal Farm. (Sumber: Gramedia.co)

Identitas Buku

Judul: Animal Farm

Penulis: George Orwell 

ISBN: 978-602-291-283-5

Situs Baca: i-Pusnas 

Penerbit: Bentang Pustaka

Banyak manusia yang saat berada di puncak jabatan merasa tak puas diriMereka secara masif berperilaku sewenang-wenang, berharap terus bersinar dan disanjung oleh orang dibawahnyaMereka meraup keuntungan dengan membodohi dan membohongi siapapun, tanpa pandang bulu

Bayangkan, bagaimana jika hal serupa terjadi pada binatang? Hewan-hewan ingin merasakan  hidup bebas dan dengan lantang menentang penindasan  yang dilakukan manusia. Binatang menyusun rencana matang untuk menggulingkan kekuasaan manusia dan mendapatkan kemerdekaan darinya. Novel Animal Farm, karya sastrawan inggris ini akan mengupas narasi-narasi tersebut.

Buku setebal 144 halaman ini menceritakan pemberontakan binatang yang dikelola oleh Pak Jones. Kisah bermula dari inisiatif seekor babi berwibawa, bernama Mayor. Ia memberikan petuah kepada hewan-hewan di peternakan untuk hidup bebas tanpa kekangan manusia.

Suatu malam, saat Si Jones lelap dalam tidurnya Mayor mengadakan rapat di peternakan. Ia berpidato di depan seluruh hewan disana. Menurutnya para binatang harus tahu bahwa selama ini, manusia telah mengeksploitasi hidup mereka semua. Mayor menegaskan bahwa hewan-hewan sesegera mungkin hanya akan bekerja untuk diri mereka sendiri. Pembicaraan itu, ia tutup dengan nyanyian berjudul “Binatang Inggris”. Tak lama kemudian si tua Mayor mati dan kepemimpinan diambil alih oleh dua babi bernama Snowball dan Napoleon. Keduanya hendak membangun sistem pemerintahan bernama “Binatangisme”, dengan motsemua makhluk berkaki empat adalah teman dan yang berkaki dua adalah musuh.

Snowball dan Napoleon memiliki visi yang sama yaitu memakmurkan peternakan. Namun, ditengah misi mewujudkan kebebasan binatang Napoleon secara licik mengusir Snowball.  Napoleon merasa temannya itu hanya akan membahayakan kedudukannya. Dibantu oleh anteknya Squealer si lidah licin, ia berhasil menjustifikasi berbagai penyimpangan kuasa serta pelanggaran atas perjanjian yang disetujui di awal kepemimpinan. Napoleon berhasil mengamankan posisinya sebagai penguasa tamak dan membentuk suatu pemerintahan otoriter. 

Pada akhirnya, binatang menyaksikan bahwa para babi justru melanggar seluruh perjanjian di awal. Mereka bertingkah, berdandan, dan berjalan dengan dua kaki sama seperti manusia. Tidak ada lagi pembeda antara para babi dan manusia, mereka yang tertindas sekarang semakin mirip dengan sang penindas. Utopia kemerdekaan binatang hanya sebatas angan belaka akibat tindak tanduk Napoleon. Kebebasan yang direncanakan membawa kebahagiaan, justru menjadi opresi yang jauh lebih kejam dibanding masa ketika mereka berada dibawah manusia.

Novel ini membawa tema berat yang dikemas dalam narasi ringan. Penulis menyajikan fabel bergaya satir politik. Beberapa karakter dibuat mengimplikasikan tokoh-tokoh pada pemerintahan Stalin di Uni Soviet. Dalam dunia nyata, si babi Napoleon diibaratkan allegori dari Stalin itu sendiri. Si Mayor pembawa angan kemerdekaan Karl Marx, dan Snowball sebagai Leon Trotsky. Alur ceritanya bergulir dengan cepat sehingga pembaca tidak akan merasa bosan. Karakter dari novel ini memiliki watak yang jelas dan konsisten, menggambarkan sifat-sifat dari manusia itu sendiri.  Seiring berjalannya waktu pesan dalam novel ini dapat ditafsirkan secara lebih universal. Bahwa kekuasaan yang berlebih akan membawa kesengsaraan.

Penggambaran adegan dalam novel ini cenderung eksplisit. Beberapa adegan dideskripsikan secara gamblang sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Persepsi bahwa fabel kisah yang cenderung halus penggambarannya dan ditujukan untuk anak-anak, terpatahkan oleh novel ini. Bagaimanapun juga, intensi awal dari novel ini adalah kisah satir untuk mengkritik pemerintahan diktator pada masa itu. Meskipun begitu, Animal Farm masuk dalam jajaran karya terkenal George Orwell yang worth it untuk di baca(Amina Noor Salamah)

Editor: Latri Rastha Dhanastri

 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.