Mendalami Makna Kehilangan lewat Laut Bercerita
Sampul buku Laut Bercerita. (Sumber: Fedora Reyvi Apta Nayottama) |
Judul
Buku: Laut Bercerita
Tahun
Terbit: 2017
Penulis:
Leila S. Chudori
Kota
Terbit: Jakarta
Jumlah
Halaman: 378 halaman
Nomor
Edisi Terbit: ISBN 978-602-424-694-5
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Novel
berjudul Laut Bercerita karya Leila Salikha Chudori ini mengisahkan tentang
kekejaman yang dialami mahasiswa pada masa Orde Baru. Orde baru adalah masa
yang kelam bagi masyarakat Indonesia karena segala bentuk pertentangan terhadap
negara akan dibungkam bahkan dihilangkan dengan cara tidak manusiawi.
Mengambil
latar belakang waktu pada tahun 1998, novel ini mengangkat cerita tentang aktivis
mahasiswa yang harus mendapatkan ancaman bahkan penculikan dari pihak penguasa
saat itu. Cerita terbagi menjadi dua bagian dengan latar waktu yang jauh
berbeda. Bagian pertama, terdapat cerita dari sudut pandang tokoh bernama Biru
Laut sebagai seorang aktivis mahasiswa. Laut bersama sahabatnya yakni Sunu,
Bram, Alex, Narendra, Daniel, Kinan, dan beberapa aktivis lainnya berjuang
untuk melawan kekejaman rezim dimana kebebasan berpendapat dibungkam.
Rumah
kontrakan di Seyegan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi tempat mereka
melakukan pertemuan dan perencanaan aksi. Di sanalah tempat terjadinya awal
mula dari konflik cerita. Sebab, perkumpulan mahasiswa dicurigai sebagai pihak
yang mengancam pemerintah pada saat itu. Namun, Laut dan sahabatnya terus
memperjuangkan keadilan meskipun mereka dibayangi oleh ketakukan.
Hingga
pada tanggal 13 Maret 1998, Laut dan beberapa sahabatnya diculik oleh
sekelompok orang tidak dikenal. Saat penculikan dan penyekapan terjadi, mereka
mendapatkan siksaan yang sangat tidak manusiawi. Mereka disekap, diinterogasi,
dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia menjawab pertanyaan
tentang siapa yang mendirikan gerakan aktivis saat itu.
Kemudian
pada bagian kedua, cerita berasal dari sudut pandang adik dari Biru Laut yaitu
Asmara Jati. Bagian ini berlatarkan pada tahun 2000 atau dua tahun sejak
menghilangnya Laut dan sejumlah aktivis lainnya. Melalui sudut pandang ini,
diceritakan bagaimana kesedihan yang dirasakan oleh keluarga Laut. Hal-hal yang
biasa mereka lakukan seperti makan bersama di meja makan adalah salah satunya.
Bapak yang selalu menyisakan satu piring untuk Laut dan berharap Laut untuk
kembali makan bersama di rumah.
Asmara
Jati juga mencari keberadaan jejak mereka yang hilang bersama dengan Tim Komisi
Orang Hilang. Mereka mencoba merekam dan mempelajari cerita orang-orang yang
berhasil kembali pulang. Namun, hasilnya selalu nihil dan Laut tidak pernah
berhasil ditemukan.
Novel
ini memiliki keunggulan dalam sisi cerita dan karakter yang kuat. Riset yang
dalam selama kurang lebih 5 tahun dari penulis membuat setiap karakter
diceritakan dengan sangat baik dan begitu harmonis sehingga terasa begitu
nyata. Penulisan diksi yang mudah dimengerti juga turut membuat pembaca masuk
ke dalam cerita dan seolah-olah berada dalam situasi yang ada.
Buku
Laut Bercerita mengajak pembaca untuk tidak melupakan sejarah yang ada. Tidak
melupakan orang-orang yang dihilangkan secara paksa. Orang-orang yang berjuang
menuntut keadilan dan berharap semua sejarah kelam yang ditulis di novel ini
tidak terulang kembali. (Fedora Reyvi Apta Nayottama)
Editor:
Ikhsan Fatkhurrohman Dahlan
Tulis Komentarmu