HIMAKOM Gelar Diskusi Terbuka (SkuTer): Mahasiswa Darurat Golput, Bawaslu Bisa Apa?
Suasana Pemaparan Materi. Sumber: (Susi Lestari) |
Yogyakarta, Sikap – Pesta demokrasi sebentar lagi akan diselenggarakan di Indonesia. Gen Z alias para pemilih muda diprediksi mendominasi pemilu. Berakar dari kecenderungan mahasiwa yang tidak bijak menggunakan hak pilih suaranya, Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himakom) UPN "Veteran" Yogyakarta menggagas Diskusi Terbuka (Skuter) dengan topik “Mahasiswa Darurat Golput, Bawaslu Bisa Apa?" pada Senin (06/11) di Laboratorium Public Relations UPN "Veteran" Yogyakarta.
Pada kegiatan ini Himakom mendatangkan narasumber yakni Muhammad Najib selaku Ketua Bawaslu Daerah Istimewa Yogyakarta dan Susilastuti sebagai dosen Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta.
Diskusi dibuka dengan realita golput di kalangan mahasiwa terutama di Yogyakarta, disebabkan karena TPS Lokasi Khusus belum dapat menampung seluruh suara mahasiswa yang berasal dari luar Yogyakarta. Muhammad Najib menjelaskan bahwa tingkat partisipasi pemilih di Yogyakarta di seluruh kalangan masih tinggi. "Golput sering terjadi di lingkup mahasiswa karena jumlah yang pindah hak pilih melampaui ketersediaan surat suara terutama di Kabupaten Sleman,” ungkap Muhammad Najib.
Dosen Ilmu Komunikasi, Susilastuti juga turut memberikan pandangannya mengenai golput di kalangan mahasiswa. Menurutnya golput ini adalah sebuah fakta yang terjadi di negara demokrasi seperti Indonesia. Ia menjelaskan bahwa mahasiswa kurang mengetahui pemahaman teknis pemilu dan pemahaman lainnya seputar pemilu. "Banyak mahasiswa yang menganggap pemilu hanyalah ajang perebutan kekuasan. Hal tersebut yang kadang membuat mahasiswa menjadi apatis dan berujung untuk golput,” tutur Susilastuti.
Andin selaku ketua pelaksana kegiatan Skuter menuturkan bahwa alasan diselenggarakannya kegiatan diskusi ini berangkat dari keresahan mahasiswa kepada pemerintah, yang memicu kurangnya rasa percaya. Ia juga berpendapat bahwa forum ini digunakan agar mahasiswa dapat langsung bertukar pikiran dengan orang yang memang ahli di bidangnya.
Dari hal tersebut, penanggung jawab membuat tujuan dari kegiatan ini untuk menambah pemahaman mahasiswa serta membuat mereka dapat lebih mengetahui politik Indonesia. “Mungkin dengan adanya diskusi ini bisa memberikan edukasi kepada mahasiswa agar lebih melek pada dunia perpolitikan,” jelas Andin. Harapannya, diskusi terbuka ini tidak hanya terselenggara sekali, namun kedepannya diharapkan ada diskusi-diskusi lain sebagai forum belajar mahasiswa yang mengangkat isu-isu yang ramai dibicarakan.
Meskipun kegiatan ini baru pertama dilakukan,
antusiasme peserta cukup baik. Olgan selaku Mahasiwa jurusan Ilmu
Komunikasi 2023, memberikan kesan terhadap pelaksanaan acara. “Acaranya bagus
dan sudah terstruktur dengan baik, namun semoga di diskusi selanjutnya bisa
mengupas topik yang diangkat dengan lebih dalam lagi agar maksud dan pesan
lebih mudah tersampaikan,” tutur Olgan.
Akhir kegiatan ditutup dengan closing statement dari para pembicara yang mana kedua narasumber sepakat bahwa seluruh mahasiswa tidak boleh pasif. "Hendaknya mahasiswa dapat menempatkan dirinya sebagai contoh di masyarakat,” tutup para narasumber. (Nabila Fernanda Fasya)
Editor: Latri Rastha Dhanastri
Tulis Komentarmu