Header Ads

Menguak Kembali Urgensi Seleksi Wawancara pada Penerimaan Mahasiswa Baru

Kampus UPN "Veteran" Yogyakarta Tampak Depan. (Sumber: Mutiara Fauziah Nur Awaliah)

UPN “Veteran” Yogyakarta menerapkan sistem seleksi wawancara pada tahun 2023 ini. Sistem ini diberlakukan pada semua jalur, yakni SNBP, SNBT, dan mandiri. Namun, ketidakjelasan regulasi menyebabkan munculnya berbagai problematika.

Seleksi wawancara ini bertujuan untuk melihat komitmen bela negara dari setiap calon mahasiswa baru. Pertanyaan yang didapat antara satu calon mahasiswa dengan yang lain berbeda-beda. Mulai dari pengetahuan umum soal bela negara hingga diminta menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, seperti Indonesia Raya, Garuda Pancasila, atau Ibu Kita Kartini.

Narendra Rafli, salah satu mahasiswa yang diterima melalui jalur SNBT mengungkapkan kalau dirinya hanya mendapat pertanyaan-pertanyaan umum. “Kalau saya waktu itu dikasih pertanyaan yang rata-rata semua orang dapat. Kenapa memilih UPN, alasan memilih jurusan ini, apa yang bikin kamu yakin masuk jurusan ini, apa kelebihannya masuk jurusan ini, ujarnya.

Perubahan mekanisme dari daring ke luring

Awalnya, seleksi wawancara wajib dilakukan secara luring di kampus. Hal ini diinformasikan oleh kakak asuh melalui grup angkatan di tiap-tiap jurusan. Informasi ini dikuatkan dengan unggahan dan sesi tanya jawab dari akun Instagram resmi kampus, yakni @infoupnyk.

Banyak mahasiswa baru yang berada di luar Yogyakarta mengeluhkan kebijakan tersebut. Salah satunya adalah Fransisca, mahasiswa baru Teknik Kimia. Keberangkatannya ke Yogyakarta mesti ia percepat karena seleksi wawancara ini. Dengan kata lain, ia harus menyiapkan biaya tambahan untuk tinggal di Yogyakarta lebih awal.

“Jujur kaget banget waktu baru dapat informasi kalau ada seleksi wawancara. Rencana mau ke Jogja buat cari kos itu Agustus awal karena kan PKKBN mulai 12 Agustus. Tapi, bulan Juli tanggal empat saya jadi sudah ke Jogja," ujar mahasiswa baru jalur SNBT itu.

Mahasiswa asal Medan, Nabila Anastasya juga merasakan hal serupa. “SNBT itu diumumkan wajib offline. Terus ya sudah, beli tiket ke sini. Lumayan, dari Medan ke sini itu dua juta,” ujarnya.

Mendekati hari pelaksanaan, pihak kampus justru mengubah kebijakan sehingga wawancara boleh dilakukan secara daring dari daerah masing-masing. Ini merupakan respons dari banyaknya aduan dari calon mahasiswa baru khususnya yang berasal dari luar Pulau Jawa. Keputusan tersebut membuat mereka yang sudah membeli tiket merasa kecewa. Terlebih, informasi diberikan secara mendadak.

Lempar tangan birokrasi

Calon mahasiswa baru turut menyayangkan informasi melalui web http://pmb.upnyk.ac.id yang kerap terlambat diperbaharui. Ketika bertanya melalui Instagram @infoupnyk juga seringkali tidak mendapat respons. Untuk itu, mereka mengikuti informasi yang disampaikan melalui kakak asuh di grup angkatan. Sayangnya, informasi yang disampaikan seringkali berbeda dengan unggahan dari Instagram @infoupnyk.

Berbagai keluhan tersebut mendapatkan respon berbeda ketika dikonfirmasi pada Purwiyanta selaku Pelaksana Tugas Biro AKPK, PLT Bidang Akademik, yang juga bertugas sebagai Sekretaris PMB 2023/2024. Menurutnya, calon mahasiswa baru tidak akan kebingungan mengenai teknis wawancara ini karena semuanya sudah disampaikan secara benar dan terbaru di web tersebut.

“Yang membuat mereka bingung karena tanya pada kakak tingkat (kakak asuh). Padahal, kakak tingkat tidak tau apa-apa,” tuturnya.

Sedangkan untuk kevalidan infromasi akun Instagram @infoupnyk, dirinya mengarahkan untuk meminta penjelasan langsung dari Pranata Humas saja.

Dewi Sukarelawati selaku staff Pranata Humas menanggapi tentang hal tersebut. Menurutnya, informasi tersebut sudah sesuai dengan perintah dan persetujuan dari ketua PMB maupun kepanitiaan.

“Sebelum kami menginformasikan, kami juga sudah meminta persetujuan. Jadi, terstrukturnya sudah sesuai ketentuan. Kalau (isi) kontennya tentang itu, ya balik lagi ke ketua panitia, khususnya ketua PMB,” jelasnya.

Wawancara tidak berpengaruh pada kelulusan

Purwiyanta menjelaskan seleksi ini berkaitan dengan identitas UPN “Veteran” Yogyakarta sebagai kampus bela negara. “Karakter mahasiswa itu salah satunya dilihat dari wawancara itu. Hanya satu-satunya UPN yang melakukan wawancara. Di tempat lain kan tidak. UPN kan memang berbeda,” ujar Purwiyanta.

Ia turut menjelaskan bahwa setiap mahasiswa wajib mengikuti wawancara. Terlebih, bagi mereka yang masuk melalui jalur seleksi mandiri. Bagi calon mahasiswa baru yang tidak dapat mengikuti sesi wawancara pada tanggal 4-5 Juli, pihak kampus memberi kelonggaran pada tanggal 7 Juli. Meski demikian, ia menjelaskan proses wawancara tidak akan berpengaruh pada penentuan diterima atau tidaknya calon mahasiswa.

“Kalau tidak ikut wawancara hanya ditandai menjadi profil mahasiswa secara keseluruhan, bukan profil pribadi. Ternyata memang ada yang tidak ikut wawancara. Kalau dulu waktu swasta bisa memengaruhi ketidaklulusan, tapi sekarang enggak bisa karena PTN,” ujarnya.

Berlimpahnya prolematika penerimaan mahasiswa baru

Banyak mahasiswa baru mengeluhkan waktu wawancara yang tidak sesuai dengan ketentuan dari panitia. Proses seleksi molor hingga berjam-jam. Ada pula perubahan lokasi wawancara secara mendadak. Misalnya, wawancara yang seharusnya dilaksanakan di kampus Condongcatur, tetapi dialihkan ke kampus Babarsari. Belum lagi soal kewajiban membawa Surat Keterangan Bebas NAPZA yang tidak ditanyakan oleh panitia. Padahal, calon mahasiswa baru sudah mengeluarkan biaya untuk mendapatkan surat tersebut.

Purwiyanta mengatakan pihak kampus akan berbenah untuk penerimaan calon mahasiswa baru pada tahun-tahun mendatang. “Ini kan baru pertama, besok dievaluasi. Prosesnya itu tidak tiba-tiba. Kita harus membenahi penerimaan mahasiswa baru secara konkret,” tuturnya.

Dirinya turut menuturkan bahwa target keseluruhan mahasiswa UPN “Veteran” Yogyakarta adalah sejumlah 25.000. “Perguruan tinggi negeri itukan harus melayani pendidikan anak bangsa. Kalau hanya sekitar lima belas atau tiga belas ribu itu dianggap kurang sebagai perguruan tinggi negeri. Oleh karena itu, ditargetkan oleh kementerian bahwa UPNVY itu harus mencapai dua puluh lima ribu mahasiswa,” tuturnya

Ia menilai kampus masih memadai untuk menambah kuota mahasiswa. Hal ini lantaran akan diadakannya rekrutmen dosen, penambahan ruang kelas baru, dan pembangunan laboratorium. Baginya, perkuliahan pada hari Sabtu juga bukan masalah. Terlebih, adanya aplikasi-aplikasi yang memungkinkan pembelajaran secara daring. Baginya, penambahan kuota mahasiswa baru tahun 2023 dinilai masih aman.

“Ya enggak apa-apa, kan? Kelas kan boleh sampai hari Sabtu. Boleh sampai malam juga,” tambahnya. (Ashary Yuniarty dan Dwi Wahyu).

 

Editor: Irza Triamanda dan Ikhsan Fatkhurrohman Dahlan

 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.