Header Ads

Film Barbie: Bukan Tontonan Anak Kecil

Salah satu poster dalam Film Barbie. (Sumber: kanal24.co.id)

Ketika kata Barbie muncul, yang pertama terlintas di kepala kita adalah tokoh dalam kartun berupa boneka cantik idola anak perempuan di seluruh dunia. Mereka bukan hanya sekadar menontonnya, tetapi seringkali sampai mengoleksi boneka tersebut. 

Pada pertengahan tahun ini, Greta Gerwing membuat gebrakan dengan merilis film Barbie yang mengusung konsep live action dengan menghadirkan para pemain top Hollywood. Sejak rilisnya film Barbie di Indonesia pada 19 Juli 2023 silam, banyak respon positif dan antusias dari masyarakat yang mereka ekspresikan melalui media sosial. Tidak sedikit yang berbondong-bondong menonton film Barbie dengan menggunakan pakaian berwarna merah muda sesuai dengan ciri khas film ini.

Secara universal, Barbie identik dengan anak perempuan. Akan tetapi, film Barbie ini menyasar ke penonton yang berusia mulai dari 13 tahun. Pasalnya, isu-isu yang ditampilkan tidak sesuai jika dipertontonkan untuk anak-anak, seperti patriarki, feminisme, standar kecantikan, sampai toxic masculinity. Meskipun demikian, suasana yang ditampilkan didominasi dengan warna cerah serta komedi yang cukup kental sehingga mampu membuat penonton mengenang kembali masa kecilnya saat bermain Barbie.

Film Barbie ini menceritakan mengenai dunia Barbie Land yang sempurna dimana barbie bisa menjadi dan melakukan apa saja dengan bahagia di sana. Suasana Barbie land digambarkan dengan kehidupan Barbie yang seperti manusia. Mereka memiliki berbagai macam profesi, mulai dari presiden, seniman, dokter, sampai kuli bangunan. Di sana juga hidup para laki-laki yang disebut dengan Ken.

Kehidupan di Barbie Land sangat damai, sampai akhirnya Barbie Stereotipical yang diperankan oleh Margot Robbie mengalami keanehan pada dirinya. Ia bisa merasakan kesedihan, memiliki pemikiran soal kematian, dan kakinya berubah menjadi datar. Kemudian, Barbie Stereotipical menemui Barbie lain yang tidak dikenalnya. Ia disarankan untuk pergi ke dunia nyata untuk menemui seseorang yang telah memainkannya sehingga membuat dirinya menjadi seperti ini. Perjalanan Barbie ke dunia nyata ditemani oleh Ken, yang diperankan oleh Ryan Gosling, yang sangat tergila-gila dengan Barbie.

Di dunia nyata, mereka menemukan kehidupan yang berbanding terbalik dengan yang ada di Barbie Land. Kehidupan yang sempurna yang biasanya Barbie jalani, kini berubah menjadi penuh bahaya. Ketika berhasil kembali ke Barbie Land, Para Ken melakukan revolusi dan menjadi penguasa atas Barbie. Penulis menekankan sikap Barbie yang menjunjung fenisime untuk mengembalikan keadaannya. Isu feminisme masih terlalu tabu untuk anak-anak sehingga tidak cocok untuk mereka tonton. Selain itu, ada salah satu adegan yang menunjukkan ketika Barbie mengalami pelecehan seksual di dunia nyata dengan disentuh bagian pantatnya oleh laki-laki yang tidak dikenalinya.

Film ini direkomendasikan untuk ditonton karena memiliki alur cerita yang menarik dan juga sarat akan pesan baik untuk para penonton. Tidak hanya untuk perempuan saja, tetapi film ini juga dapat ditonton oleh laki-laki. Ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil di film ini dari sisi perempuan maupun laki-laki, terutama mengenai isu kesetaraan gender. (Ajeng Putri Kurniawati)

 

Editor: Irza Triamanda

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.