Sudamana dan Setengah Abad Eksistensi Kusir Delman Malioboro
Saat berjalan menyusuri Malioboro, kita akan terpukau oleh suasana yang khas. Toko-toko di sekitar jalan ini menjajakan berbagai barang kerajinan tangan, pusat perbelanjaan modern, hingga makanan yang lezat membuat Malioboro kian menarik banyak wisatawan. Namun, di balik kegemerlapan modernitas, terdapat satu sosok yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Malioboro, yaitu kusir delman.
Sebagai kendaraan tradisional yang menggunakan kuda sebagai tenaga
penggeraknya, delman banyak digunakan di masa lalu sebagai alat transportasi
utama di Yogyakarta. Kusir delman adalah seseorang yang memandu delman serta
menjaga kuda-kuda tersebut. Di sepanjang jalan Malioboro, masih terdapat banyak delman
yang sibuk mengantar penumpang dari satu tempat ke tempat
lainnya. Sosok kusir delman menjadi ikonik dan menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari masyarakat Yogyakarta.
Sosok kusir delman memiliki keahlian khusus dalam mengendalikan kuda dan menjaga delman tetap berjalan dengan baik. Pada umumnya, mereka berpakaian khas dengan menggunakan topi dan seragam yang terlihat apik berupa sorjan dan blangkon. Pada masa itu, menjadi kusir delman adalah profesi yang dihormati dan dianggap prestisius. Kusir delman juga sering kali dikenal dengan kepiawaian mereka dalam menghibur penumpangnya. Mereka mampu menyanyikan lagu-lagu tradisional atau bercerita tentang sejarah dan budaya Yogyakarta kepada para penumpangnya, sehingga memberikan pengalaman yang lebih berkesan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya model transportasi modern seperti mobil dan motor, peran kusir delman semakin tergeser. Masyarakat beralih menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum modern untuk berpindah tempat.
Meski sosok kusir delman semakin langka, tetapi mereka tetap hidup dalam
ingatan dan kenangan masyarakat Yogyakarta. Kusir delman di Malioboro telah
menjadi bagian dari sejarah dan identitas kota ini. Untuk mengenang dan
mempertahankan keberadaan mereka, beberapa upaya telah dilakukan oleh
pemerintah dan kelompok masyarakat setempat.
Salah satu sosok kusir delman yang masih eksis dan memiliki sikap yang sangat ramah serta hangat kepada setiap penumpangnya, namanya Sadumana. Seorang pria berusia 71 tahun yang memiliki profesi sebagai kusir ini telah menjalankan pekerjaannya dari tahun 1967. Ia besar dan tinggal di Patran Banyuraden, Sleman bersama istri dan ketiga anaknya. Sudah lebih dari setengah abad ia telah melakoni pekerjaan ini dengan penuh kebanggaan. Bahkan sejak kecil ia sudah menjalani pekerjaan ini bersama dengan orang tuanya, dimana pada saat itu untuk bersekolah saja masih sangat sulit karena adanya tragedi G30SPKI.
“Saya menjalani pekerjaan ini atas dasar senang, saya hobi menarik delman karena sejak kecil memang lingkungan saya seperti ini. Selain itu saya juga meneruskan perjuangan nenek moyang saya yang dari turun temurun sudah menjadi kusir bahkan sampai anak saya juga sekarang menjadi kusir,” ungkap Sadumana.
Pekerjaan
utamanya adalah berjualan ayam potong di Pasar Terban bersama istri dan anaknya,
sedangkan pekerjaan menjadi kusir hanyalah sebagai pekerjaan sampingan dan
tentunya untuk terus menyalurkan hobi dan rasa cintanya terhadap delman.
Biasanya ia berangkat untuk menarik delman pada pukul 17.00 WIB dan berakhir
pukul 22.00 WIB. Meskipun demikian, ada waktu-waktu tertentu untuk ia tidak
menarik delman. Misalnya saat ada hajat ataupun berita duka yang terjadi
dikampungnya, Sadumana tetap memilih untuk datang ke acara tersebut karena ia
menyadari tinggal di sebuah desa harus mengedepakan kepentingan bersama dan
rasa toleransi satu sama lain.
Walaupun
usianya yang sudah terbilang senja, ia tetap mengikuti perkembangan zaman.
Terbukti ia masih menggunakan media sosial yakni facebook untuk menyapa
dan bertukar kabar dengan teman seprofesi dan komunitas delman yang berada di
Yogyakarta. Para komunitas ini memiliki banyak kegiatan positif salah satunya mengadakan
arisan dengan beberapa kelompok yaitu ada Kelompok Gamping dan Kelompok Amor,
selain itu mereka juga sering mengadakan acara-acara di luar walaupun hanya
sekedar bertukar cerita dan pengalaman.
Saat
ini ia memiliki tiga kuda betina yang diberi nama Srikandi, Monitasari, dan
Primasari. Srikandi merupakan kuda betina yang masih berusia 2,5 tahun yang
saat ini digunakannya untuk menarik delman. Memiliki perawakan cukup besar dengan
usia yang masih muda, serta berwarna coklat tua menjadi daya tarik tersendiri
bagi Srikandi.
Menurut pengakuan Sadumana, kuda dapat dilatih jika telah menginjak usia 2,5 tahun. Pada saat itu, usia kuda terbilang cukup ideal untuk dilatih. Butuh waktu minimal tiga bulan untuk melatih kuda agar menjadi jinak dan lebih terarah. Apabila usia kuda sudah menginjak empat puluh tahun dan performa dalam menarik delman sudah turun, maka dapat dikategorikan kuda tersebut sudah tua dan kemudian akan dijual untuk disembelih. Terdapat perbedaan antara kuda jantan dan kuda betina untuk dijadikan penarik delman, kuda jantan terbilang cukup bandel dan sulit untuk diatur dibandingkan dengan kuda betina.
Perawatan kuda
sendiri cukup mudah yakni dengan memandikan sehari satu kali dengan menggosok
tubuhnya dengan alat tertentu agar tidak ada kotoran yang menempel. Jadwal makannya
sebanyak tiga kali sehari yakni di pagi, siang, dan malam hari. Kendala utama
dalam pemberian pakan kuda yaitu sulitnya mendapatkan daun kacang tanah padahal
daun kacang tanah menjadi pakan utama bagi kuda. Sulitnya memeroleh daun kacang
tanah ini dikarenakan sedikitnya pemasok yang menjual daun kacang tanah
sehingga harus berebut dengan pemilik kuda yang lainnya. Untuk melihat kuda
tersebut sedang dalam keadaan prima atau tidak juga cukup mudah, yaitu dengan
melihat gejala awal. Apabila sepanjang hari kuda hanya meletakan tubuhnya di tanah
dan manggaruk-garuk tanah, maka dapat diindikasikan kuda tersebut dalam kondisi
sakit. Jika sudah seperti ini sebaiknya kuda harus diistirahatkan terlebih dulu
dan diberikan beberapa vitamin untuk mengembalikan kondisinya.
Menilik
dari segi pendapatan Sadumana sebagai seorang kusir, perbedaan pendapatan
dirasakan saat musim liburan tiba. Pasalnya jika hari biasa ia hanya dapat
menarik satu sampai dua kali saja setiap harinya, sedangkan pada musim liburan
ia dapat menarik penumpang lima sampai enam kali dalam sehari. Adapun beberapa
putaran rute yang ditawarkan, rute satu yang dimulai dari titik nol dan
berakhir di Sosrowijayan dibanderol dengan tarif seharga Rp100.000 sedangkan
rute dua yang melewati tiga titik yakni berawal dari Alun-Alun kemudian Kraton
dan berakhir di pusat perbelanjaan Dagadu dibanderol dengan tarif Rp250.000,
tarif tersebut terbilang cukup murah mengingat bahwa delman dapat ditunggangi
oleh lima sampai tujuh orang.
Selama
hampir satu abad menjadi seorang kusir delman tentunya Sadumana memiliki banyak
pengalaman, baik pengalaman tentang para konsumennya maupun pengalaman
pribadinya mengendalikan kuda. Pengalaman yang cukup membekas bagi Sadumana
yaitu ketika kudanya pingsan dan sempat tak sadarkan diri saat perjalanan
pulang. Menurutnya saat itu, kuda tersebut mengalami trauma dan terkejut saat
terdapat sebuah bus yang mengeluarkan asap tebal dan suara keras dari
knalpotnya persis di depan kudanya sehingga kuda tersebut tidak dapat melihat
dengan jelas. Akibat kejadian itu, Sadumana kesulitan dalam mengendalikan
kudanya yang kemudian menyebabkan kuda tersebut menabrak sebuah pagar yang
cukup besar dan membuat kudanya tak sadarkan diri.
Data
Jogja saat ini menunjukkan terdapat kurang lebih lima ratus delman yang
dikelola oleh pihak Kraton, delapan puluh dua berasal dari Sleman dan empat
ratus delapan puluh berasal dari Kota Jogja dan Bantul. Sistem pajak yang
ditetapkan untuk delman juga sama dengan kendaraan lainnya, yakni wajib
membayar pajak satu tahun sekali dan memperpanjang surat-surat izin agar bisa
terus beroperasi. Selain itu pada saat hari-hari besar atau perayaan tertentu,
biasanya Gubernur Yogya, Sri Sultan akan mengundang para kusir untuk datang dan
berkumpul guna menyambung tali persaudaraan antar kusir mengingat saat ini
keberadaan delman sangat dijaga oleh Pemerintah Daerah karena merupakan salah
satu peninggalan budaya yang harus tetap dilestarikan.
Salah
satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyelenggarakan festival delman setiap
tahunnya. Festival ini diadakan dengan tujuan menghidupkan kembali kejayaan
delman dan menghormati kusir delman yang masih bertahan. Pada festival ini,
kusir delman dari berbagai daerah berkumpul untuk berkompetisi dalam berbagai
lomba, seperti lomba menghias delman dan lomba mengendalikan kuda. Festival ini
juga menjadi ajang untuk memperkenalkan delman kepada generasi muda, sehingga mereka
dapat mengenal dan menghargai warisan budaya ini. Selain itu, beberapa kusir delman yang masih bertahan juga
berusaha untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. Beberapa di antaranya
membuka jasa delman wisata, yang menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan yang
ingin menjelajahi Malioboro dengan delman. Dengan demikian, kusir delman tidak
hanya menjaga warisan budaya mereka tetap hidup, tetapi juga mencari peluang
untuk tetap bertahan di tengah persaingan dengan moda transportasi
modern.
Keberadaan
kusir delman di Malioboro mungkin sudah tidak sebanyak dahulu, namun pesonanya
masih terasa dan mengingatkan pada keindahan masa lampau. Mereka merupakan
saksi bisu dari perjalanan sejarah Malioboro dan menjadi simbol kearifan lokal
yang tidak boleh dilupakan. Melalui upaya pelestarian dan penghargaan terhadap
kusir delman, kita dapat memastikan bahwa generasi mendatang juga dapat
menghargai dan mengenang mereka sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas
Malioboro. Keberadaan kusir
delman memberikan nuansa khas dan mempertahankan nilai-nilai tradisional yang
tak ternilai harganya. Mereka adalah bagian penting dari warisan budaya yang
perlu dilestarikan dan dijaga. (Ninda Yutika)
Editor: Dias Nurul Fajriani
Tulis Komentarmu