Header Ads

Pengabdi Setan 2: Communion, Antusiasme pada Teror Film Horor


Poster film Pengabdi Setan 2: Communion. (Sumber: Maritza)

Film “Pengabdi Setan 2: Communion” garapan sutradara Joko Anwar yang tayang perdana pada 4 Agustus 2022 lalu, kembali mengguncang perfilman horor Indonesia. Pasalnya, hanya dalam 9 hari penayangan, film ini tembus hingga 4 juta penonton. Kembalinya teror Ibu setelah 5 tahun yang menjadi tanda tanya ternyata tidak hanya mengusik kehidupan keluarga Suwono saja, tetapi juga tokoh-tokoh lain.

Film ini menceritakan kelanjutan kisah keluarga Suwono yang terdiri dari ayah, Rini, Tony, Bondy, dan Ian sebagai anak terakhir yang hilang. Keluarga tersebut kemudian pindahan dari rumah lama ke yang baru. Berlatarkan di sebuah rusun mangkrak, kesan mencekam berhasil didapatkan. Joko Anwar mengaku, lokasi shooting film Pengabdi Setan 2 dia dapatkan dari bantuan netizen. Rusun Sumber Arta yang terletak di Bekasi itu sudah terbengkalai selama 15 tahun. Pada mulanya, rusun ini merupakan proyek 1000 tower yang dibangun tahun 2007 saat era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, setahun kemudian pembangunan berhenti dan dibiarkan mangkrak begitu saja.

Cerita berawal dari terjawabnya pertanyaan-pertanyaan yang muncul di film pertama tentang sekte yang diikuti sang Ibu. Kemudian berlanjut dengan munculnya berbagai kejadian janggal seperti kecelakaan lift dan badai yang mengakibatkan banjir di rusun. Film ini berfokus pada latar belakang pekerjaan sang Ayah yang belum diketahui oleh siapapun termasuk anak-anaknya dan berakhir dengan plot twist yang masih menyisakan banyak tanda tanya. Hal ini mungkin akan terungkap pada sekuel selanjutnya.

Tak hanya keluarga Suwono, beberapa penghuni rusun lain juga terkena teror mengerikan dari Ibu. Salah satunya adalah Tari, perempuan penghuni lantai 9. Ia menggambarkan bagaimana perempuan dipandang negatif karena caranya berpakaian atau di mana ia bekerja. Selain itu, hadir pula sosok Pak Ustad Mahmud yang memberikan kesan bahwa film ini tetap mengandung unsur agama versus setan seperti film versi lamanya pada tahun 1980. Kemudian ada Wisnu, anak kecil yatim piatu yang menjadi penyelamat sekaligus karakter kunci pada film tersebut.

Satu per satu konspirasi mulai terungkap di sebuah malam yang sakral bagi para pengabdi setan. Film ini berakhir dengan kematian sang Ayah dan selamatnya anak-anak berkat bantuan wartawan Budi yang selalu terlambat datang seperti pada Pengabdi Setan pertama. Film ini terasa lebih seru dibandingkan versi lamanya, atmosfer yang diciptakan mempunyai elemen-elemen yang tidak kalah dengan horor barat.

Juannafi Ghitha Mahatma (20) turut memberikan tanggapannya terhadap film Pengabdi Setan 2. “Banyak teori konspirasi jadi pengen nonton lebih dari sekali, selain itu adegan dan pembawaannya ngena banget, plus ceritanya yang super unpredictable,” ungkapnya.

Juan juga menambahkan kekagumannya terhadap film ini. “Joko Anwar keren sih dalam pembuatan adegan sama setan-setan yang terasa nyata banget dan relevan sama tahun 1955–1984. Apalagi saat pocong pada bangkit, itu adegan yang gila banget,” jelas Juan.

Hal menarik selain alur cerita konspiratif terletak pada sinematografi yang membuat berdecak kagum. Pengambilan adegan yang apik dan beberapa jumpscare berhasil membuat penonton ketakutan sekaligus memberikan pengalaman menegangkan selama menonton. Tidak hanya melulu perihal yang menyeramkan saja, Joko Anwar juga menyelipkan beberapa komedi yang tepat sasaran sehingga film tidak terasa monoton.

Tiket Film Pengabdi Setan 2: Communion. (Sumber: Maritza)

Antusiasme masyarakat Indonesia dalam menonton horor kini mulai merangkak naik. Hal ini terbukti dari membludaknya penonton film "KKN di Desa Penari" yang tembus hingga 9,2 juta penonton, menduduki posisi pertama jawara klasemen film Indonesia. Selain itu, antusiasme ini juga dapat dilihat dari film Pengabdi Setan pertama yang merupakan film terlaris pada tahun 2017 yang berhasil mendapatkan 13 nominasi, 7 di antaranya telah dimenangkan.

Meskipun menyeramkan dan beberapa penonton menutup mata ketika menonton horor, ternyata masyarakat Indonesia sangat menikmati karena genre ini menawarkan pengalaman baru dan eksplorasi hal–hal gelap yang tidak kita ketahui sebelumnya. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam teori “Excitation Transfer Theory” milik Profesor Doff Zillmann. Menurutnya, sajian horor di media menstimulasi tingkat gairah psikologis. Ketika film berakhir, penonton bisa merasakan rasa senang dan tegang yang berujung pada sensasi euforia yang tinggi.

Selain sensasi menegangkan, film horor cenderung memiliki plot tidak terduga yang jarang ditemukan pada genre film lainnya. Film horor juga lebih mengulik tema yang sederhana dan akrab dengan keseharian masyarakat.

Believe Ayu Ashafaa (20) turut membagikan alasannya menyukai film horor “Ada deg–degannya, aku suka karena harus menebak-nebak yang bikin ketakutan, perasaan kaya gitu ga bisa aku temuin di genre lain,” terangnya.

Secara keseluruhan, film "Pengabdi Setan 2: Communion" bisa dikatakan sukses di dunia perfilman horor. Namun dalam segi alur, beberapa kali tidak begitu jelas dan hanya mengenalkan tokoh yang semakin banyak sehingga membuat penonton sedikit bingung. Walaupun begitu, teror Ibu tetap terasa di setiap sudut ruangan meski penonton menutup mata karena sesungguhnya teror Ibu sepanjang masa. (Maritza Luthfi El Fahmi)


Editor: Arie Sulistyaning Tyas

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.