Header Ads

Museum Batik Pekalongan: Bangkitnya Wisata Edukasi Melestarikan Batik di Masa Pandemi

 

Gedung Museum Batik Pekalongan (sumber: Dias Nurul Fajriani) 

Museum Batik Pekalongan didirikan pada tahun 1972. Museum tersebut menjadi salah satu destinasi wisata edukasi wilayah Pekalongan dan sekitarnya. Sebagai tempat pusat data dan informasi batik, museum ini menarik untuk dikunjungi saat waktu luang. Beberapa pengunjung merupakan kalangan pelajar, mahasiswa, masyarakat umum, hingga wisatawan mancanegara.

Pengunjung Museum Batik Pekalongan (sumber: Dias Nurul Fajriani)

Pengunjung Museum Batik Pekalongan (sumber: Dias Nurul Fajriani)

Sebelum pandemi, pengunjung Museum Batik Pekalongan mencapai puluhan ribu per tahun. Namun, pada tahun 2020 setelah munculnya pandemi, jumlah pengunjung semakin berkurang. Ruang gerak pengelola museum menjadi terbatas karena aturan PPKM daerah Pekalongan semakin diperketat. Akhirnya saat pertengahan tahun 2020, pihak pengelola memutuskan untuk menutup museum selama empat bulan.

Saat tahun kedua pandemi, Pihak pengelola membuka kembali Museum Batik Pekalongan melalui pameran koleksi. Tema yang diangkat adalah “Bangkitlah Batik Indonesia. Terdapat tiga ruang pamer dan satu ruang workshop di dalamnya.

Ruang pertama diberi nama “Bangkitlah Batik Indonesia.” Ruang ini menyajikan batik-batik Indonesia dalam berbagai fase sejarah. Mulai dari batik masa kerajaan nusantara yang menyimbolkan kesakralan. Lalu batik masa kolonial Belanda yang motifnya sudah dipengaruhi budaya lain. Kemudian batik masa kependudukan Jepang dengan motif Djawa Hokakai. Serta batik masa kemerdekaan dan pasca kemerdekaan yang identik dengan motif persatuan.

Suasana dalam ruang pamer satu (sumber: Dias Nurul Fajriani)
Ruang pamer kedua mengusung nama “Keanekaragaman Motif Batik Indonesia dan Dunia.”  Ruang ini menyajikan perkembangan simbol, gaya, warna, dan teknik motif batik yang tersebar di Indonesia. Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing. Untuk membandingkan dan menunjukkan pengaruh budaya Indonesia, ruang ini juga memamerkan batik yang berkembang di luar negeri.

Suasana dalam ruang pamer satu (sumber: Dias Nurul Fajriani) 

Ruang pamer ketiga diberi nama “Keanekaragaman Motif Batik Pekalongan. Ruang ini menyajikan perkembangan batik ragam motif khas Pekalongan sebagai sentra utama gaya batik pesisiran. Selain itu juga untuk mendukung perekonomian masyarakat. Sifat keterbukaan dan orientasi pasar menjadikan motifnya lebih bebas agar dapat diterima oleh masyarakat luas dan menjadi populer.

Suasana ruang pamer tiga (Sumber: Dias Nurul Fajriani)

Suasana ruang pamer tiga (Sumber: Dias Nurul Fajriani)

Suasana ruang pamer tiga (Sumber: Dias Nurul Fajriani)

Sedangkan ruang workshop digunakan untuk menyimpan alat-alat membuat batik dan pertunjukan cara membatik. Pengunjung dapat melakukan praktik membatik dengan bimbingan petugas. Hasil dari praktik dapat dibawa pulang dan tidak dipungut biaya.

Suasana workshop dan ilustrasi alat bahan membatik (Sumber: Dias Nurul Fajriani)

Suasana workshop dan ilustrasi alat bahan membatik (Sumber: Dias Nurul Fajriani)

Suasana workshop dan ilustrasi alat bahan membatik (Sumber: Dias Nurul Fajriani)

Suasana workshop dan ilustrasi alat bahan membatik (Sumber: Dias Nurul Fajriani

Suasana workshop dan ilustrasi alat bahan membatik (Sumber: Dias Nurul Fajriani

Suasana workshop dan ilustrasi alat bahan membatik (Sumber: Dias Nurul Fajriani

Biaya tiket sebesar Rp. 2000 dikenakan bagi pelajar, Rp. 5000 bagi mahasiswa dan umum, Rp. 10.000 bagi wisatawan mancanegara. Tarif murah ini merupakan bentuk pengakuan dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) bahwa masyarakat perlu menjaga pelestarian budaya batik. Tujuannya agar klaim batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia tidak hilang.

Pengunjung tetap menggunakan masker (Sumber: Dias Nurul Fajriani)

Pameran koleksi ini dibuka setiap hari dan dilaksanakan sampai akhir tahun 2022. Pengunjung dapat mengitari seluruh area museum didampingi pemandu yang akan menjelaskan secara detail.



Reporter    : Dias Nurul

Redaksi        : Arie Sulistyaning Tyas


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.