Header Ads

Hal-Hal yang Harus Diketahui Mahasiswa Mengenai KRS-an


Ilustrasi halaman input KRS pada CBIS UPNVYK (Ilustrasi: Rieka Yusuf)
Setiap mahasiswa, setidaknya di UPN “Veteran” Yogyakarta, harus meluangkan waktu liburan semester mereka untuk mempersiapkan jadwal kuliah. Ibarat bermain permainan konsol petualangan, untuk mencapai level selanjutnya, seorang pemain harus melengkapi karakternya dengan senjata, pakaian, hingga akeseoris tambahan sebelum memulai petualangan berikutnya. Dalam keheningan dan kenyamanan (bagi kaum rebahan) ataupun keseruan liburan, mahasiswa yang telah menempuh semester 3 ke atas harus menyiapkan strategi untuk menghadapi semester selanjutnya melalui input mata kuliah.

Input mata kuliah pada dasarnya dapat dilakukan secara daring maupun luring (luar jaringan). Sementara itu, UPN “Veteran” Yogyakarta sendiri telah menerapkan input mata kuliah secara daring sejak awal tahun 2000-an. Setiap mahasiswa berkesempatan untuk memilih kelas yang tersedia sesuai dengan kurikulum di masing-masing jurusan dengan berbagai prasyarat baik IPK, Mata Kuliah Wajib, Mata Kuliah Bersyarat, dan sebagainya.

Pelaksanaan input mata kuliah secara online untuk Kartu Rencana Studi (KRS) atau biasa disebut KRS-an ini tak lepas dari berbagai permasalahan. Mulai dari kesiapan mahasiswa yang harus berkompetisi untuk mendapatkan kelas berdasarkan waktu hingga dosen terfavorit; sistem yang terkadang tidak mampu menangani lonjakan pengunjung web; hingga permasalah teknis dalam pengadaan dosen maupun kuota kelas.

Tulisan ini tidak secara menyeluruh menjelaskan apa yang bisa para mahasiswa persiapkan dan lakukan dalam kegiatan input mata kuliah. Penjelasan mendetail mengenai hal itu telah dituliskan oleh reporter Sikap, Leo Bisma di sini. Berbeda dengan tulisan Sikap sebelumnya mengenai drama KRS, kiat sukses, hingga kegiatan sambilan KRS-an, tulisan ini akan membahas hal-hal yang belum banyak diketahui oleh para mahasiswa. Hal tersebut berkaitan dengan perangkat dan koneksi apa yang sebaiknya digunakan, isu yang muncul mengenai KRS-an, hingga peran Advokasi Hima terkait permasalahan input mata kuliah. Harapannya, artikel ini bisa menjadi referensi mahasiswa untuk menghadapi KRS-an mendatang.

Perangkat dan Koneksi untuk Efektifitas KRS-an

Pelaksanaan input mata kuliah yang dilakukan secara daring memberikan pilihan bagi mahasiswa untuk menggunakan perangkat elektronik mereka. Setidaknya mahasiswa memiliki dua pilihan untuk mengakses Computer Base Information System (CBIS) UPN “Veteran” Yogyakarta, yaitu dengan menggunakan laptop atau smartphone. Kebanyakan sumber, bahkan akun resmi himpunan mahasiswa menyarankan untuk menggunakan perangkat seperti komputer atau laptop. Penggunaan laptop dianggap lebih efisien dan meminimalisir kesalahan teknis dari penggunaan telepon pintar. Hal senada juga disampaikan oleh Kevin Orkananda, mahasiswa Ilmu Komunikasi yang pernah menjadi Advokasi Hima di jurusannya. “Prioritas utama atau dalam kondisi normal lebih baik laptop, karena kalau HP sinyalnya ga stabil,” jelasnya saat dihubungi via Whatsapp.

Pendapat berbeda disampaikan oleh mahasiswa ilmu komunikasi lain, Ilham Rasyid yang mengatakan bahwa KRS-an lebih efektif dilakukan menggunakan smartphone atau handphone. Mahasiswa asal Klaten ini menjelaskan bahwa suatu website (termasuk web CBIS) didesain dapat diakses dengan 2 versi, versi laptop atau PC dan Mobile Site. “Akses website dengan versi mobile site jauh lebih cepat, karena memang dikhususkan agar bisa dibuka di device kecil seperti HP dengan kapabilitas yang juga cenderung lebih kecil dari PC atau laptop,” jelasnya. Mengakses situs menggunakan PC atau laptop akan menampilkan web dengan mode full site yang memuat data lebih besar. Hal ini juga membuat akses lebih berat dan lama, “Karena memang web dibuka secara penuh, tanpa ada perkecualian dan pemotongan hal-hal yang kurang diperlukan, tidak seperti di mobile site," ujar Ilham.

Sederhananya, jumlah data untuk mengakses situs pada versi mobile yang jauh lebih kecil, dapat mempengaruhi juga kecepatan dalam mengakses situs. Dengan kecepatan internet yang sama, memuat suatu halaman website di HP akan lebih cepat dibanding di PC. Meski demikian, hal lain yang harus diperhatikan adalah ketersediaan perangkat dengan kemampuan yang mumpuni, gangguan eksternal, dan kecepatan internet.

Di beberapa kasus, penggunaan HP menjadi lebih efektif apabila dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk menggunakan PC. Hal ini berhubungan dengan mobilitas PC yang tidak sepraktis telepon genggam. Atau kondisi PC yang sering hang, lemot, dan sejenisnya, tentu penggunan smartphone menjadi pilihan yang bijak. Namun hal yang sama juga berlaku apabila HP yang dimiliki jauh lebih tidak sehat dibanding PC kepunyaan. Belum lagi, penggunaan ponsel dianggap berisiko tatkala tanpa diduga kerabat menelpon untuk mengabari kelahiran keponakan baru; pacar yang hendak mengingatkan sarapan; atau pemberitahuan goyang Shop*e dengan puluhan kupon gratis ongkir tentu akan menjadi gangguan bagi mereka yang sedang melakukan KRS-an.

Pertimbangan lain sekaligus mencegah segala kemungkinan buruk tersebut adalah modal untuk memperoleh koneksi baik. Ada baiknya mahasiswa menyisihkan uang saku untuk membeli paket internet dari provider terbaik dengan kecepatan akses yang tinggi, terutama mahasiswa yang jauh dari akses Wi-Fi. Usaha lain yang bisa dilakukan adalah bangun lebih pagi untuk mencari tempat atau warung internet (warnet) dengan kecepatan internet yang tinggi, seperti warnet khusus gaming. Jelas usaha kedua bisa jadi kurang bijak ketika input KRS yang dijadwalkan buka jam 8, ternyata dapat diakses pukul 1 pagi.

Isu Pembobolan Sistem dan Jadwal Buka Halaman Input Mata Kuliah

Mahasiswa memiliki kriteria dalam memilih kelas yang diinginkan. Tak hanya perihal waktu, kebanyakan dari mereka mempertimbangkan ‘siapa’ yang mengampu di kelas itu. Pertimbangan mahasiswa memilih dosen biasanya mulai dari kecocokan dengan cara dosen tersebut mengajar hingga yang dikenal baik hati dalam memberi penilaian. Berbagai strategi pun dilakukan, mulai dengan kompetisi bangun pagi serta persiapan internet cepat dari provider terpercaya, hingga cara curang dengan melakukan pembobolan sistem. Ya, setidaknya isu ini berkembang di beberapa kelompok mahasiswa, khususnya di Ilmu Komunikasi UPN.

Menurut salah satu narasumber yang tidak mau disebutkan namanya, ia mengaku pernah menemukan cara untuk membuka sistem input mata kuliah sebelum jadwal yang telah ditentukan. “Iya, jadi kita bisa input KRS sebelum yang lain, dengan menambahkan kode di URL situs,” jelasnya. Namun narasumber tidak menjelaskan detail terkait peretasan yang telah dilakukannya.

Isu terkait peretasan sistem CBIS juga disampaikan oleh seseorang korban pencurian mata kuliah, setidaknya itulah sebutan kepada mereka yang terpaksa kehilangan kelas terinput secara tiba-tiba. Awalnya, Yomega Suryo mengira dua matkulnya yang hilang selang beberapa jam dari input yang dilakukan adalah kesalahan sistem. Saat itu, mahasiswa konsentrasi public relations angkatan 2017 tersebut melaksanakan input mata kuliah untuk semester 5, “Aku bangun pagi, dan berhasil input mata kuliah sesuai jadwal yang sudah aku siapkan. Waktu itu, input KRS dibuka lebih dulu dari yang diumumkan jam 8, sekitar pukul tujuh lewat. Sebelum tutup web, aku juga sudah memastikan semua kelas terdaftar di jadwal kuliah,” tutur Yomega.

Selang beberapa jam, Yomega yang kebetulan harus ke kampus untuk keperluan tertentu, memeriksa kembali akun CBIS miliknya. “Aku iseng cek CBIS, tiba-tiba dua matkulku hilang. Kebetulan dua matkul itu emang banyak dicari sama mahasiswa, aku tau itu dari grup angkatan kan biasanya banyak diomongin,” jelasnya. Yomega lantas menanyakan hal tersebut kepada pihak advokasi Himakom yang saat itu berjaga di jurusan. Kebetulan, ia bertemu dengan seorang mahasiswa yang juga kehilangan kelas, lagi-lagi kelas itu merupakan incaran banyak mahasiswa. Satu kasus lainnya diketahui Yomega melalui grup angkatan. “Jadi ada dua orang yang aku tau juga kehilangan kelas. Bedanya dengan kasusku, mereka kehilangan kelas yang diinput tanpa keganti, punya ku, salah satu matkulnya malah keganti dengan dosen lain,” jelasnya.

Hal ini lantas membuat Yomega curiga. Setidaknya ada dua alasan kuat yang membuatnya berasumsi bahwa kelas tersebut dicuri. Pertama, kelas yang hilang hanya dua matkul, dan keduanya adalah kelas incaran, “Kalau semisalnya itu kesalahan sistem, seharusnya hilang semua, ga cuma dua matkul aja.” Kedua, salah satu kelas yang hilang diganti dengan kelas yang diampu dosen berbeda, “Ya mungkin dia masih kasihan sama aku, jadi diganti satu matkul ini ke dosen lain, karena matkul ini emang matkul wajib yang satu angkatan bakal ambil juga, dan kelas yang lain udah habis (kuota).” Menurut pengakuannya, setelah beberapa penyelidikan mandiri yang dilakukan, ia telah mengetahui siapa pelakunya.

Saat melakukan penyelidikan mandiri, ia sempat berdiskusi dengan beberapa orang termasuk mahasiswa Ilmu Komunikasi. Berdasarkan diskusi tersebut, Yomega akhirnya mengetahui fakta bahwa ada sebuah cara untuk meretas akun CBIS mahasiswa. “Aku sendiri sudah sempat ketemu sama orang-orang yang melakukan itu (peretasan akun CBIS) termasuk yang ambil mata kuliah mahasiswa, dia cerita di ilkom itu memang ada beberapa yang bisa (meretas),” jelasnya. Ia juga mengatakan bahwa hal tersebut seharusnya menjadi evaluasi untuk pelaksanaan KRS esok, “Dari pihak telematika UPN harus meningkatkan keamanan sistem tentunya, supaya pembobolan bisa dicegah.”

Sementara itu, pihak universitas melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Telematika UPNVYK mengaku baru mendengar jenis peretasan tersebut. "Selama 3 tahun di sini (UPT Telematika) saya tidak pernah mendengar keluhan sejenis. Kawatirnya itu hanya isu belaka,  yang ada itu biasanya teman mengetahui kata sandi lalu diambil itu bisa," ujar Bagus Wiyono selaku Kepala UPT Telematika UPN. Ibarat tim CBIS di setiap fakutas adalah kendaraan, UPT Telematika merupakan bengkel, oleh karena itu keluhan biasanya disampaikan kepada UPT tersebut. Menurutnya jika hal tersebut benar ada, hal ini pasti juga menjadi keluhan di berbagai jurusan,  "Ya, nyatanya ‘kan di jurusan maupun fakultas lain itu tidak ada laporan."

Bagus yang juga merupakan dosen di jurusan Teknik Pertambangan ini mengaku heran dengan upaya pencurian mata kuliah tersebut, "Saya sendiri kaget sama upaya pencurian ini, masa iya mahasiswa sampai segitunya." Ia juga menambahkan, pihaknya akan melakukan penyelidikan, "Dengan mengetahui informasi ini, saya akan coba komunikasikan dengan Tim Telematika UPN. Kalau memang terbukti, akan ada tindak lanjut."

Berbeda dengan isu sebelumnya, peretasan terkait waktu pembukaan input KRS dibenarkan oleh Bagus. "Upaya pembukaan input KRS di waktu sebelumnya memang ada, tapi itu terdeteksi dan biasanya terblokir langsung. Bahkan kita juga melakukan hal yang sama untuk pemblokiran situs-situs ataupun  konten yang merugikan, kita punya alat untuk mendeteksi dan langsung diblokir," paparnya.

Keluhan lain muncul mengenai pembukaan jadwal input mata kuliah yang lebih dulu dibuka dari jadwal yang diumumkan pihak kampus. Seperti yang terjadi di Ilmu Komunikasi pada semester genap lalu. Saat itu, pukul 1 dini hari sistem CBIS untuk input mata kuliah dibuka. Hal tersebut lantas menguntungkan mahasiswa yang masih terjaga. Menurut sebagian dari mereka mengaku bahwa hal ini sebenarnya sudah diprediksi, sehingga bisa dijadikan kesempatan untuk memperoleh kelas yang diinginkan. Namun tidak dengan mahasiswa yang sengaja tidur dengan maksud menyiapkan tenaga untuk pertarungan esok paginya. Mereka yang kehilangan kelas yang diinginkan, terpaksa harus mengubah strategi jadwal.

Terkait pembukaan input KRS, Bagus Wiyono mengatakan bahwa hal tersebut merupakan wewenang admin CBIS di masing-masing fakultas. Berdasarkan keterangan Asisten Kasubbag Akademik FISIP, Aris Dianto, saat diwawancarai reporter Sikap terkait masalah dibukanya jadwal pengisian KRS pukul 1 pagi di semester genap lalu, hal tersebut sengaja dilakukan dengan maksud untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung yang memenuhi CBIS. Antisipasi lain juga sebenarnya sudah dilakukan melalui pembagian hari tiap jurusan untuk melakukan input KRS.

Dibukanya sistem input KRS sebelum jadwal yang telah diumumkan bukan hanya di Ilmu Komunikasi saja, hal yang sama juga pernah dialami Feyzars Ma’ruf, Agribisnis angkatan 2014. Semasa kuliah, Feyzars pernah mengalami kejadian serupa saat input mata kuliah. Menurutnya, hal tersebut adalah wajar setidaknya untuk jurusannya, “Kalau udah dapet pengumuman jam 8 kan hitungannya sudah masuk hari yang sama, jadi di atas jam 12 malam itu hal yang wajar kalau sudah bisa input.”

Tak hanya agribisnis, Teknik Informatika dan Hubungan Internasional juga pernah mengalami hal serupa. Meski demikian, Fakultas Ekonomi dan Bisnis juga Faktultas Teknologi Mineral sejauh ini tidak pernah mengalami hal tersebut. Hal ini didukung pernyatan beberapa mahasisiwa dari kedua fakultas, setidaknya selama 3 tahun terakhir. “Di Jurusan Teknik Pertambangan selalu jam 8 pagi, selalu tepat waktu. Di FTM secara keseluruhan juga gak pernah,” ujar Ronaldo Fransisco, mahasiswa Teknik Pertambangan angkatan 2016.

Berbeda dengan Jurusan Pertambangan, menurut Chinta Jasmine, selama berkuliah di Jurusan Ekonomi Pembangunan, jadwal input mata kuliah tidak pernah dibuka sebelum yang dijadwalkan, melainkan lebih lama. “Misalnya dibuka jam 7, itu malah servernya langsung down. Biasanya disuruh stay jam 6, tapi malah telat baru bisa dibuka jam 8,” ujar mahasiswi angkatan 2017 ini.

Terkait server down, pihak telematika telah melakukan berbagai upaya untuk mencegahnya. “Kami sudah mempersiapkan dengan maksimal, seperti mengusahakan listrik mandiri (untuk UPT Telematika) selama ini kan kita terhubung dengan gedung lain. Selain itu, kita juga sudah ada AC yang sangat cukup untuk mendinginkan sistem,” jelas Bagus Wiyono. Targetnya, tahun ini akan dibuat Data Center UPN, “Kita sedang proses untuk membuat Data Center, tempat berlisensi untuk menyimpan data. Diusahakan juga tahun ini listrik kita akan secara mandiri terhubung ke PLN, jadi sudah tidak ada lagi server down itu.” Terkait Data Center yang dimaksud, pihak UPT Telematika akan menyelesaikannya setelah input KRS semester ini berlangsung, “Ya, sekarang kita fokus ke KRS dulu, setelahnya kita akan fokus ke penyelesaian data center.”

Untuk mendukung kegiatan input KRS ini, sudah dipersiapkan penambahan akses internet di berbagai sudut kampus, baik kampus satu maupun dua. “Sekitar seminggu yang lalu, kita sudah menambahkan titik akses internet, total saat ini ada lebih dari 100 titik. Jadi, mahasiswa bisa memanfaatkannya untuk input KRS.” Dalam wawancara tersebut Bagus juga mengatakan bahwa mahasiswa yang ingin menggunakan Wifi kampus diusahakan tidak berkelompok, “Karena akan mempengaruhi kecepatan internetnya. Selain itu, coba akses di dekat-dekat kantor seperti di UPT Telematika ini karena sepi, sehingga aksesnya bisa cepat,” jelasnya.

Peran Advokasi Himpunan Mahasiswa

Berbicara mengenai KRS nampaknya kita tidak bisa melupakan jasa tim advokasi di tiap jurusan. Berbagai permasalahan terkait KRS-an bisa mahasiswa sampaikan. Hal ini memang merupakan peran Advokasi Hima saat input mata kuliah berlangsung, menjadi jembatan bagi mahasiswa dengan birokrasi. Menurut Tari Hutami selaku ketua Advokasi Himakom menjelaskan bahwa setidaknya ada empat hal yang dikoordinasikan dengan advokasi, antara lain:

1. ketika mahasiswa tidak mendapatkan kelas, advokasi menyampaikan kepada koordinator program studi untuk menambah kuota
2. melakukan koordinasi terkait mahasiswa yang sudah membayar UKT namun ketika hendak input KRS di CBIS tertulis belum melakukan pembayaran
3. membantu koordinator prodi untuk melakukan pengecekan jadwal dosen yang perlu diperbaiki
4. mengkoordinasi mahasiswa yang kelasnya terancam dibatalkan untuk pindah pada kelas yang kuotanya memenuhi.

Umumnya, di setiap angkatan pada jurusan manapun memiliki koordinator angkatan untuk mengkoordinir komunikasi dengan advokasi. “Seharusnya komunikasi itu memang dilakukan melalui koordinator angkatan atau menyampaikan melalui akun resmi advokasi, tapi sering juga mahasiswa melakukan pesan personal (seperti akun pribadi Line, Whatsapp, dsb.),” ujar Tari.

Prioritas advokasi memang berada pada kepentingan umum mahasiswa terkait haknya mendapatkan kelas. Sedangkan permasalah di luar kendali birokrasi, seperti pencurian kelas yang dialami oleh Yomega, advokasi hanya sebatas mengetahui dan melakukan berbagai diskusi sebagai respon, tidak sampai pada tahap penyelidikan lanjut. “Advokasi memberikan respon sigap terkait kasusku. Tapi sebenarnya lebih ke aku yang mencoba cari tahu siapa dan kenapanya. Karena di sini kan advokasi juga ada kewajiban untuk koordinasi terkait mahasiswa yang belum dapat kelas, termasuk aku juga,” tutup Yomega.  (Rieka Yusuf)


Editor: Muhammad Hasan Syaifurrizal Al-Anshori





Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.