Header Ads

Partisipasi Faperta Vs Fisip dalam Pemilihan Presma



Infografis Data Partisipasi Mahasiwa Faperta dan Fisip dalam Pemilihan Presma
Pemilu serentak 2019 telah diselenggarakan pada 25 November lalu. Sebanyak 2.889 suara mahasiswa terbagi untuk dua paslon dengan 1.636 suara untuk pasangan calon nomor urut 1 dan 1.253 untuk pasangan calon nomor urut 2. Dari 5 fakultas yang ada, Fakultas Pertanian (Faperta) adalah penyumbang suara terbesar dengan presentase sebesar 28,9% dari total suara.


Konsistensi Partisipasi
Mahasiswa Faperta secara konsisten aktif dalam kegiatan berpolitik di lingkup universitas. Selain banyak yang menjadi bagian dari BEM KM, mahasiswa fakultas ini selalu aktif mencalonkan diri setiap ada pembukaan calon Presiden Mahasiswa (Presma). Pemilihan Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), BEM Fakultas, dan Presma menjadi ajang yang mencuri perhatian. Mereka menggelar diskusi untuk membahas calon Ketua Organisasi Kemahasiswaan yang disambut dengan antusiasme tinggi oleh mahasiswa di fakultas tersebut.

“Budaya politik di Pertanian dari dulu memang sudah aktif. Kakak tingkat selalu mengarahkan kami untuk aktif di dunia politik kampus serta peka dengan segala kebijakan yang ada,” jelas Yusni Panjaitan, Staf Minat dan Bakat BEM Faperta. Menurutnya, aktivitas yang aktif dalam berpolitik sudah menjadi budaya turun-temurun yang diwariskan antar angkatan di Faperta.

Melihat aktivitas politik mahasiswa secara keseluruhan yang masih sangat kurang, Artiyanza Putra, Mahasiswa Agribisnis 2017, berharap semangat Faperta dalam berpolitik di kampus bisa dijadikan contoh untuk fakultas lain. "Sebagai Mahasiswa UPN, kita harus lebih sering duduk bersama untuk berdiskusi. Perlu untuk menyelaraskan pola pikir serta visi dan misi agar bisa bergerak bersama membenahi kampus kita tercinta,” ungkap Staf Humas Himpunan Mahasiswa Agribisnis (Himagri) tersebut.


Penyumbang Suara Terkecil
Dari 2.889 total suara yang masuk, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik hanya menyumbang 235 suara. Menurut Leo Indarta selaku Gubernur BEM Fisip, ada kesalahpahaman Mahasiswa UPN dalam memahami politik kampus. Hal ini berdampak pada menurunnya antusiasme mahasiswa dalam berpolitik. Adanya konflik horizontal antar mahasiswa membuat tergesernya esensi gerakan mahasiswa.

“Fungsi Organisasi Kemahasiswaan sebagai wadah pengembangan intelektual, pengabdian masyarakat, dan birokrasi dinomorduakan. Mereka lebih mengutamakan kegiatan yang bertajuk hiburan semata. Iya, agenda cultural memang dibutuhkan, tapi jangan sampai lupa akan fungsi utama Organisasi Kemahasiswaan,” papar Mahasiswa Hubungan Internasional 2016 tersebut.

Ia melanjutkan, faktor tersebut menjadi salah satu penyebab terkikisnya budaya mahasiswa yang berintelektual. Banyak mahasiswa Fisip yang menganggap Organisasi Kemahasiswaan sebagai hal yang tidak penting sehingga menarik diri untuk peduli dengan politik kampus.

Sebagai pimpinan Organisasi Kemahasiswaan, Leo paham betul dengan budaya yang kurang tepat ini. Ia pun sudah berusaha untuk mengubah budaya ini dengan rutin mengadakan diskusi ilmiah dan agenda pengembangan diri, namun tidak disambut dengan semangat yang tinggi dari Mahasiswa Fisip.

“Rendahnya antusiasme dalam berpolitik di kampus berbanding lurus dengan kualitas Organisasi Kemahasiswaan. Tingginya biaya UKT, dibatasinya lama waktu berkuliah, dan padatnya jam perkuliahan membuat banyak mahasiswa tidak mampu lagi menjalankan fungsi mahasiswa sebagaimana mestinya,” tutupnya.

Pendapat lain datang dari Dosen Ilmu Komunikasi, Kartika Ayu. Menurutnya, aktivitas Mahasiswa Fisip dalam Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) sangat tinggi, hal itu yang menyebabkan antusiasme berpolitik di tingkat universitas menjadi rendah. Ia menambahkan bahwa penyampaian informasi yang dilakukan pihak terkait tidak maksimal sehingga Pemilihan Umum Raya (Pemura) kurang terdengar gaungnya di lingkungan Fisip. (Azura Aulia Azahra)

Editor: Ayu Fitmanda Wandira

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.