Header Ads

Himbauan BEM KM UPN “Veteran” Yogyakarta Untuk Tidak Mengikuti Aksi #GejayanMemanggil Jilid 2

Suasana berlangsungnya aksi #GejayanMemanggil jilid 2 (foto oleh Rizky Ananda Basuki)

Aksi yang sempat menjadi trending sepekan lalu kembali dilaksanakan. Aliansi Rakyat Bergerak mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ikut turun ke jalan bersama menyampaikan tuntutan yang harus diselesaikan pemerintah melalui #GejayanMemanggil jilid 2. Senin (30/9) disepakati sebagai tanggal jalannya aksi. Serentak, tak hanya di Yogyakarta, beberapa daerah di Indonesia seperti Jakarta, Malang, dan Bali juga melaksanakan aksi.

Ada yang berbeda dalam #GejayanMemanggil jilid 2 kali ini, setelah Universitas Sanata Dharma, UGM, UIN Sunan Kalijaga, beberapa kampus, salah satunya UPN “Veteran” Yogyakarta memberi himbauan kepada mahasiswa untuk tidak turun ke jalan.

“Kami Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta menghimbau kepada seluruh Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta untuk tidak ikut andil dalam aksi ini. Dan jikapun ada yang mengikuti aksi ini, maka kami Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta melarang untuk menggunakan atribut kelembagaan,” demikian tertulis dalam edaran yang disampaikan Ketua BEM KM UPN “Veteran” Yogyakarta Ahmad Washlul Latief atau biasa disapa Advin.

Saat dihubungi, Advin menyampaikan tiga (3) poin penting yang melatarbelakangi sikap dari BEM KM UPN Veteran” Yogyakarta. Berikut ketiga poin tersebut :

Pertama, aksi yang dilakukan tidak merepresentasikan aliansi yang mengatasnamakan Rakyat Bergerak dengan sebenar-benarnya, buktinya untuk hari ini ada dua jenis aksi yang secara simultan disuarakan tanpa ada komunikasi dan koordinasi diantara 2 belah pihak untuk I’tikad baik guna menyatukan sehingga dapat memberikan dampak 2 signifikan untuk Indonesia.
Kedua, dengan waktu yang sempit dan informasi konsolidasi terbuka yang beredar juga tidak tersampaikan jelas pada kami, sehingga kami juga tidak bisa terlibat dalam perumusan tuntutan-tuntutan serta kajian yang ada. Hal ini untuk mencegah adanya keterlibatan aksi untuk menanggapi isu nasional tanpa harus paham dan mengerti substansi yang diangkat.
Ketiga, dengan selesainya aksi Gejayan Memanggil pada 23 September 2019 lalu, yang kami rasa sudah cukup berhasil membuka pandangan publik secara nasional yang dibuktikan juga dengan banyaknya aksi-aksi di kota lain yang bermunculan, oleh karena itu aksi Gejayan Memanggil jilid 2 tidak tepat sasaran untuk dilakukan lagi jika konsep aksi tetap seperti seremonial tanpa ada tujuan atau output yang jelas untuk kita perjuangkan.

Himbuan untuk tidak turun aksi ini berasal dari BEM KM, bukan dari kampus. 
Nggak ada sama sekali (diskusi dengan pihak kampus). Pure memang dari kesepakatan kita BEM KM,” tutur Presiden Mahasiswa UPN “Veteran” Yogyakarta tersebut.

Nailendra selaku Humas Gejayan Memanggil tidak tahu mengenai himbauan ini. Menurutnya, Gejayan Memanggil tidak mempermasalahkan hal tersebut, itu merupakan keputusan masing-masing.
“Kami hanya berusaha sesuai kesapakatan-kesepakatan konsolidasi, teklap (teknis lapangan) dan koordinasi mengusahakan sesuai poin-poin tuntutan dan aksi damai. Dan terbukti damai,” ucap Nailendral saat dihubungi Selasa (1/10). (Ida Nur Apriani)

Editor : Marcelina Mia Amelia


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.