Header Ads

Romantisasi Pernikahan Usia Dini

Visual anak muda yang sedang menikah. (Sumber: freepik.com)

Kata romantisasi mulai menjadi bahan perbincangan publik pada tahun 2020 silam. Hal ini lantaran konten YouTube tentang kisah pernikahan Adhiguna dan Sabrina Sosiawan, YouTuber yang dianggap meromantisasi Perkawinan Usia Anak (PUA).

Sebelum membahas lebih dalam terkait meromantisasi PUA, alangkah baiknya kita mengenal lebih dahulu apa itu romantisasi. Sebenarnya, kata romantisasi merupakan bentuk kata serapan yang salah, kata yang benar adalah “romantisisasi”. Meskipun bentuk kata serapan yang salah, kata “romantisasi” lebih populer digunakan ketimbang kata “romantisisasi”. Menurut Cambridge Dictionary, romanticize is to talk about something in a way that makes it sound better than it really is, or to believe that something than it really is.

Berdasarkan artikel kompas.com yang berjudul “Siapa yang Mau Nikah Muda?” terdapat beberapa alasan seseorang ingin menikah muda. Alasan pertama, mereka berharap bahwa ketika belum terlalu tua, anak-anak mereka nanti sudah sukses. Jadi, masih sempat mengajak orang tuanya jalan-jalan. Dalam artikel itu, disebutkan pula pengakuan seorang pria dari Bandung mengenai nikah muda. ”Kalau telat nikah mah......anak gua sehat, gua dah tua..... jadi kalo diajak-ajak liburan, gua dah ga bisa, dah capek,” ungkapnya.

Alasan lainnya, ternyata banyak anak muda yang suka dengan anak kecil. Jadi, ingin memiliki anak sendiri. Ada juga yang beralasan karena ingin memiliki seseorang yang bisa diajak berbagi. Dengan begitu, setiap hari selalu mendapatkan perhatian. Lain lagi alasan dari pemudi usia 24 tahun dari Jakarta, ia yang lahir dari keluarga bahagia berpikir jika pernikahan itu selalu menyenangkan.

Ulfa Nadilatul Fitriyah, perempuan yang menikah pada usia 20 tahun, menjelaskan suka duka pernikahan yang ia jalani. “Suka dukanya bisa melakukan hal apapun berdua. Jadi, terasa lebih mudah dalam melakukan segala sesuatu. Susah dan senangnya di rasakan berdua,” jelasnya. Ia menjelaskan bahwa meski masih muda, saling percaya dan mengingat komitmen merupakan tips yang ia gunakan untuk menjalani pernikahannya.

Pada kenyataannya, menikah muda tidak selamanya romantis. Ada beberapa risiko yang mengintai jika PUA tidak dipersiapkan dengan matang, yakni:

1.     Gangguan psikologis

Studi menyebutkan bahwa anak yang dipaksa menikah muda berisiko lebih tinggi mengalami gangguan mental, baik itu gangguan kecemasan, stres, atau depresi.

2.     Komplikasi kehamilan

Kehamilan di usia dini sangat berisiko mengalami berbagai komplikasi yang membahayakan ibu maupun janin. Pada janin, risiko yang mungkin terjadi adalah bayi terlahir prematur, stunting, atau berat badan lahir yang rendah.

3.     Masalah ekonomi

Hal ini umumnya terjadi pada pria yang belum ada kesiapan secara mental dalam menanggung nafkah dan berperan sebagai suami maupun ayah.

4.     Kekerasan rumah tangga

Hal ini dikarenakan emosi mereka belum cukup stabil jika dibandingkan orang-orang berusia 25 tahun ke atas.

5.     Perceraian

Sebuah studi menunjukkan bahwa kemungkinan untuk bercerai pada pasangan yang menikah di usia kurang dari 20 tahun adalah 50 persen lebih tinggi dibandingkan pasangan yang menikah di usia 25 tahun ke atas.

Realita menikah muda tidak lah seromantis konten yang tayang di YouTube. Banyak hal yang harus diperhatikan sehingga pasangan pengantin bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. (Lingga Prasetya)

 

Editor: Delima Purnamasari


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.