Header Ads

Webinar Start Fighting for Your Right, Sarana Edukasi Melek KGBO

Pemaparan materi oleh Meike Lusye Karolus, Dosen Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta sekaligus aktivis isu gender. (Sumber: Tangkapan layar/Ayu Larasati)

Di era digital ini kekerasan seksual yang biasanya terjadi secara fisik kini beralih menjadi kekerasan berbasis online. Saat ini di indonesia, kekerasan seksual telah menjadi budaya yang kasusnya kian bertambah. Seiring banyaknya kasus kekerasan seksual dan munculnya media untuk mengadu, para korban pun memberanikan diri untuk speak up.

Fenomena ini menjadi dasar Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (BEM FISIP) UPN “Veteran” Yogyakarta untuk mengadakan webinar pada Sabtu, 26 Juni 2021. Dengan mengusung tema “Start Fighting For Your Right: Kekerasan Seksual Berbasis Gender Online, BEM FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta menghadirkan dua narasumber yaitu Joce Timoty selaku General Director Hope Helps Network dan Meike Lusye Karolus selaku Dosen Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta sekaligus aktivis isu gender.

Sesi tanya jawab Webinar Start Fighting for Your Right pada Sabtu (26/6). (Sumber: Tangkapan layar/Ayu Larasati)

Dalam sesi pertama, Meike menjelaskan mengenai Kekerasan Gender Berbasis Online (KGBO) dalam perspektif komunikasi. KGBO merupakan peralihan dari kekerasan offline. Namun yang membedakannya adalah mediumnya, yaitu menggunakan teknologi digital. “KGBO sendiri sebenarnya sama saja seperti kekerasan fisik. KGBO tidak lepas dari adanya teknologi. Bahkan saat ini kita melaksanakan webinarbisa jadi ada yang memata-matai” tuturnya.

Menurutnya, pelaku KGBO dikategorikan menjadi dua yaitu pelaku primer dan sekunder. Pelaku primer mulai melakukan kekerasan tanpa adanya media atau perantara pihak lain. Berbeda dengan pelaku sekunder yang melakukan multiplikasi dan amplikasi kekerasan dengan cara mengunduh, menyimpan, menyebar ulang konten yang disebar oleh pelaku utama.

“Jadi ketika kita scrolling feed kemudian menemukan konten berbau kekerasan dan kita like sama dengan kita sebagai pelaku sekunder” ujarnya.

Meike juga menjelaskan bahwa adanya webinar yang diadakan oleh BEM Fisip saat ini adalah salah satu langkah untuk mencegah KGBO sebagai sarana pendidikan sensitivitas gender agar para peserta melek gender. Adanya pendidikan melek gender yang masif diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap gender dan dapat meminimalisir KGBO.

Pemaparan materi oleh Joce Timoty, General Director Hope Helps Network. (Sumber: Tangkapan layar/Ayu Larasati)

Dalam sesi kedua, Joce Timoty menjelaskan mengenai kekerasan berbasis gender, cara mengidentifikasi, motivasi pelaku, hingga bagaimana cara terhindar dari kekerasan gender. Salah satu poin penting untuk terhindar dari kekerasan KGBO adalah menjadi smart user. Ketika saat melakukan registrasi suatu akun, pengguna harus memahami kebijakan privasi, memahami platform yang digunakan, menghindari penggunaan akun email yang serupa dalam registrasi sebuah platform atau aplikasi hingga menghindari membagikan lokasi di media sosial.

Annisa Aulia Rahim selaku ketua acara berharap ilmu dari webinar bisa bermanfaat bagi peserta. KGBO termasuk isu yang sedang marak terjadi apalagi saat ini serba online.

“Harapanku, ilmunya dapat bermanfaat bagi peserta. Apalagi KGBO ini merupakan isu yang booming saat ini. Semoga juga UPNVY bisa membuat wadah bercerita bagi korban KGBO sendiri. Serta BEM Fisip sebagai pelopor bisa menjadi panutan atau menjadi contoh untuk teman-teman yang lain dalam melindungi sesama gender.” Ujar Annisa. (Ayu Larasati)

Editor: Mohamad Rizky Fabian

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.