Dialog Politik yang Timpang dan Minimnya Jawaban Konkret di Festival Bijak Pilkada Yogyakarta
Suasana diskusi bersama perwakilan masing-masing Paslon Cawalkot Yogyakarta 2024. (Sumber: Nur Khasanah) |
Festival Bijak Pilkada Yogyakarta 2024 merupakan wadah bagi masyarakat Yogyakarta agar dapat mengenal dan berdialog dengan kandidat Calon walikota secara langsung. Kegiatan ini mengusung konsep anak muda melek akan Pilkada 2024. Berbagai mahasiswa di Yogyakarta menghadiri acara ini, diantaranya berasal dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada.
Acara yang digelar pada Sabtu, 2 November 2024 lalu ini berlangsung dari pukul 14.30 WIB-17.00 WIB. Bertempat di Aula Asrama Merapi Singgalang, acara ini rupanya alami ketimpangan diskusi politik akibat ketidakhadiran pasangan Calon Walikota Yogyakarta. Kegiatan tersebut hanya diwakilkan oleh Valen Stefanus Suseno dari paslon 01 (Afnan Hadikusumo-Singgih Raharjo), dan Puspita Wijayanti perwakilan dari paslon 03 (Hasto Wardoyo-Wawan Harmawan). Sayangnya paslon 02 (Heroe Poerwadi-Sri Widya Supena) tidak mengirimkan delegasinya.
Para peserta kemudian merasa kurang puas dengan jawaban yang dilontarkan masing-masing perwakilan kandidat calon. Meski jawaban dari masing-masing perwakilan sederhana, tetapi cukup representatif untuk memantik diskusi pada forum ini. Hanya saja, jawaban yang diberikan perwakilan kandidat calon kurang menjawab secara strategis dan praktikal.
“Jawaban yang diberikan tidak menjawab, sekelas jawaban politisi yang ngeles dan hanya sekadar formalitas,”ujar Rozi Afandi, seorang pekerja swasta yang kurang puas dengan jawaban perwakilan kandidat calon.
Ketidakhadiran perwakilan dari paslon 02 turut membuat diskusi tidak seimbang. Masyarakat selama ini mengenal hanya melalui baliho-balihonya saja. Hal ini disampaikan oleh Muhammad Yasir Abdad, pengamat politik sekaligus influencer kebijakan publik, “kita tidak bisa menghadirkan diskusi yang seimbang dari berbagai perspektif, melihat paslon 01 dan 03 juga jawabannya hampir sama. Namun, apabila kita kupas lebih detail mungkin bisa terlihat perbedaannya.”
Para peserta pun turut menyayangkan ketidakhadiran paslon kandidat calon, terlebih terdapat salah satu paslon tidak mengirimkan perwakilan sama sekali.“Sangat disayangkan, karena kita kan nggak begitu kenal, bahkan nggak kenal selain dari baliho. Visi misi saja pun baru tahu tadi, kita cuma mengetahui gambaran-gambaran dan desas-desusnya saja,”ungkap Susi Andini mewakili komunitas pedestrian Yogyakarta sekaligus alumni dari Universitas Islam Indonesia.
Peserta yang hadir berharap para
kandidat calon tidak melakukan tindak korupsi. Selain itu, menurut mereka
siapapun kandidat calon yang terpilih bisa lebih melihat masalah yang ada di
Yogyakarta ini dari grassroot-nya. (Nur Khasanah)
Editor: Latri Rastha Dhanastri
Tulis Komentarmu