Header Ads

Fanatisme Suporter Sepak Bola di Kalangan Mahasiswa

 

Potret mahasiswa VCB yang sedang merayakan wisuda. (Sumber: Veteran Campus Boys)

Menurut Nielsen World Football Report 2022, suporter sepak bola Indonesia menempati urutan ketiga sebagai fans paling banyak di Asia. Berdasarkan survei tersebut, tercatat 69 persen populasi warga Indonesia atau sebanyak 192.339.129 jiwa (perhitungan menurut Worldometer 25/04/2022) yang tertarik dengan sepak bola. 

Banyaknya suporter bola tentu terdiri dari berbagai kalangan, salah satunya kalangan mahasiswa. Komunitas-komunitas suporter bola terbentuk dari lingkup kampus hingga antarkampus. UPN “Veteran” Yogyakarta (UPNVY) merupakan satu dari beberapa kampus di Yogyakarta yang memiliki komunitas tersebut. Diberi nama Veteran Campus Boys (VCB), komunitas ini berdiri karena adanya rasa bangga anggota komunitas terhadap klub dan di bawah atap kampus yang sama. VCB sendiri merupakan bagian dari komunitas suporter klub Perserikatan Sepak Bola Sleman (PSS Sleman) yaitu Campus Boys. 

Ibarat sebuah nyawa, suporter adalah denyut nadi dari ekosistem sepak bola. Perjalanan sebuah klub juga membawa langkah demi langkah para suporter membangunkan fanatisme, khususnya pada dunia sepak bola yang seringkali dipandang negatif. Fanatisme suporter yang dianggap hanya mampu melihat kebaikan dari klub kebanggaannya dan melihat kekurangan dari klub lain yang bukan idolanya. 

Namun dalam lingkup mahasiswa, fanatisme ini berhasil membawa dampak positif bagi beberapa anggota komunitas. Salah satunya adalah anggota VCB yang membuat topik skripsi dengan rasa sukanya atas sepak bola. "Skripsi anak-anak Campus Boys juga kebanyakan didapat dari pengalamannya di sini," ujar Bajing (bukan nama asli) mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018.

Ia juga menambahkan alasannya membuat skripsi berbau sepak bola dan suporter. Bagi Bajing sepak bola dekat dengan dirinya, sehingga untuk mengerjakan skripsi pun menjadi senang serta manfaatnya akan kembali lagi ke pribadi dan komunitas.

Tak hanya di bidang skripsi, mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam komunitas ini juga aktif mengadakan diskusi terkait isu yang terjadi di lingkup suporter sepak bola. Campus Boys yang terbentuk dari delapan kampus di Yogyakarta dengan latar belakang keilmuan anggota yang berbeda menjadikannya kaya sudut pandang. Setiap isu yang muncul dan menarik dibahas maka akan memantik ruang diskusi dan berbagi ilmu serta informasi bagaimana idealnya sesuai teori.

Dosen Ilmu Komunikasi UPNVY, Fajar Jun merespon baik fenomena ini untuk mahasiswa. "Dengan bergabung dalam komunitas fans klub sepak bola, mahasiswa dapat melakukan inklusi sesama mahasiswa yang memiliki ketertarikan yang sama yaitu sepak bola," jelasnya.

Suporter bukan hanya dilihat dari angka usia, yang mereka lihat adalah rasa bangga yang menggebu dan gairah ketika klub kebanggaannya berlaga. Hal ini sejalan dan diakui oleh salah satu suporter klub sepak bola PSS Sleman. Menurut Komenk (bukan nama asli), menjadi supporter bukan hanya perihal melihat pertandingan hingga peluit tanda berakhir dibunyikan, tetapi jauh sebelum pertandingan dimulai bahkan setelah pertandingan usai akan menciptakan cerita tersendiri.

Tragedi Kanjuruhan adalah salah satu kejadian yang membekas di lingkup suporter sepak bola. Berdasarkan keterangan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang (11/10/2022) sebanyak 132 korban meninggal akibat kerusuhan yang terjadi saat pertandingan antara klub Persebaya melawan Arema tersebut.

Fajar Jun turut beri suara atas fenomena fanatisme dan tragedi Kanjuruhan. Menurutnya, sepak bola adalah rivalitas itu benar. Namun ada hal yang perlu dikelola, yaitu koridor rivalitas yang sehat. Hal ini merupakan rivalitas dalam kerangka fair play atau bersikap suportif dan tidak menjurus pada kekerasan.

Kejadian yang membuat fanatisme terhadap klub sepak bola tak lagi sekadar bersorak-sorai menonton pertandingan di dalam bangunan stadion. Namun saat kejadian itu terjadi sorotan lampu stadion bahkan tak lagi menyilaukan. Setiap mata sibuk untuk mencari celah agar semua insan dapat keluar dan menemukan tempat aman. Stadion yang awalnya menjadi saksi teriakan semangat dari penggemar klub yang sedang berlaga tiba-tiba berubah menjadi penjara kematian, sorak-sorai yang semangat berubah menjadi jeritan lirih dari nafas yang mulai tersengal. (Dias Nurul Fajriani, Ashary Yuniarty)


Editor: Dias Nurul Fajriani


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.