Header Ads

Benang Kusut PKKBN 2022

Peserta PKKBN 2022. (Sumber: Delima Purnamasari)

Pengenalan Kehidupan Kampus Bela Negara (PKKBN) 2022 telah usai. Meski demikian, hajatan akbar tiap tahun ini menjadi momen untuk merefleksikan ulang kualitas dari kampus bela negara. Terlebih, acara ini kembali diselenggarakan secara luring dengan penambahan jumlah mahasiswa baru dan durasi yang lebih panjang.

PKKBN 2022 diselenggarakan selama delapan hari, yakni Sabtu (13/08) dan Senin-Minggu (15-21/08). Khusus untuk hari terakhir, hanya berlaku bagi satu gugus terbaik. Predikat tersebut jatuh kepada Gugus 35. Mereka melaksanakan bakti sosial ke Pacar Rejo, Semanu, Gunungkidul.

Pada tahun sebelumnya, PKKBN dilaksanakan selama lima hari pada (16-20/08/2021). Tahun 2020 juga demikian, yakni pada (21-25/08). Jika pada 2019 yang sama-sama luring, PKKBN diselenggarakan sedikit lebih panjang, yakni selama enam hari pada (12-17/08).

“Kenapa kita lama? Ya, memang materi yang disampaikan itu banyak,” tutur Ketua Panitia PKKBN Dosen, Joko Waluyo.

Persiapan dan Komunikasi Panitia

Lini masa PKKBN 2022. (Sumber: Suarasikap/Ghalda Nauli)

“PKKBN jadi salah satu program kerja yang sudah sangat mepet. Acaranya tinggal satu atau dua bulan ketika BEM KM baru aja dapat staf,” jelas Ketua PKKBN Mahasiswa, Muhammad Rifqy. Jika dilihat pada akun YouTube BEM KM UPNVY, Grand Opening BEM KM Kabinet Karsa Juang dilaksanakan pada Sabtu, (25/06/2022).

Persoalan bukan sekadar panitia yang baru selesai terbentuk pada 33 hari sebelum pelaksanaan acara. Namun, buku panduan PKKBN yang baru diunggah pada Rabu, (10/08/2022). Tiga hari sebelum kegiatan dilaksanakan. “Kami kalang kabut karena semua yang mau dilakukan mengambil dasar dari buku panduan. Dari panitia bingung, apalagi mahasiswa baru,” jelas Rifqy.

Mahasiwa Jurusan Informatika tersebut mengaku panitia mahasiswa telah memberikan usulan draft yang diminta sejak bulan Juli. Namun, pihak yang berhak mengeluarkan secara resmi adalah universitas. “Jujur kami kesulitan untuk melakukan koordinasi dengan panitia dosen universitas. Pernah sampai seharian nyari, tapi engga ketemu,” jelasnya.

Dalam dualisme kepemimpinan antara panitia dosen dan mahasiswa, Rifqy turut menjelaskan jika panitia dosen bertanggung jawab untuk mengurus bagian administrasi. Dalam agenda outbound, panitia dosen juga turut merancang konsep. Sedangkan mahasiswa, sebagai eksekutor lapangan sekaligus merancang konsep acara lain, seperti konser, BEM menyapa, dan pengenalan Organisasi Kampus (OK).

“Namanya debat kadang-kadang panas itu wajar. Yang penting saling memahami. Saya menganggap mereka anak-anak saya. Jadi meski diskusinya keras, tapi happy ending. Buktinya tadi saya dikasih jaket PKKBN,” ujar Joko ketika ditemui di Rumah Dinas Warek 3.

Dirinya turut mengaku jika panitianya terdiri dari 50 orang. “Memang tim saya banyak kerja di belakang layar.” Meski begitu, Joko mengungkapkan jika semua tanggung jawab tetap berada di pimpinan UPN.

Penambahan Mahasiswa Baru dan Kesiapan Fasilitas Kampus

Perbandingan daya tampung mahasiswa baru UPN "Veteran" Yogyakarta. (Sumber: Suarasikap/Ghalda Nauli)

“Aku di dalam auditorium. Tapi di dalam atau luar menurut aku engga ada bedanya. Di dalam memang engga panas, tapi gerah,” ucap salah satu mahasiswa baru, Aneswari Lathifa Sumardy.

Penambahan mahasiswa baru membuat auditorium tidak mampu menampung seluruh peserta. Karena itu, tenda turut dipasang sebagai lokasi tambahan. Mereka yang berada di tenda menyaksikan kegiatan PKKBN melalui videotron. “Saya di tenda jadi tidak bisa ikut bertanya karena yang bisa angkat tangan cuma di dalam saja,” ungkap salah satu peserta, Dzul Iqra.

Persoalan fasilitas kampus yang lain adalah ketika parade Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) karena pengeras suara dan videotron bermasalah. Presentasi dari UKM hanya ditayangkan melalui layar berukuran kecil.

Speaker-nya cuma di depan. Kita engga bisa merhatiin karena gak kedengeran jelas. Jadi, banyak yang ngobrol,” tutur mahasiswa baru yang lain, Cakra Alamsyah.

Hal yang sama turut dikeluhkan oleh Alda Tania. “Layarnya emang tidak keliatan dan suaranya juga tidak tahu kenapa, padahal kemarin-kemarin biasa aja. Aku juga engga bisa lihat semua parade UKM karena mungkin waktunya udah mepet.”

Rifqy turut membenarkan hal tersebut. “Ya betul. Masalah di-micsound system, layar, kipas angin di dalem juga gak ada.”

Rifqy mengaku telah menyampaikan seluruh kebutuhan ketika diundang ke rektorat dan telah didengar langsung oleh pihak sarana prasarana. “Kami tidak mendapatkan fasilitas yang kami tanyakan. Untuk sound system yang ada di luar, bahkan panitia menyewa sendiri. Pokoknya waktu itu bener-bener kacau. Ini menjadi sebuah kritikan besar,” jelas mahasiswa angkatan 2020 tersebut.

Keluh kesah mahasiswa baru di PKKBN 2022. (Sumber: Twitter @YUPIEN_FESS)

Ketika PKKBN berlangsung, sempat pula beredar foto dan video dari mahasiswa baru yang membawa kertas bertuliskan nada-nada protes layaknya demonstrasi. Mulai dari “UKT Elit Fasilitas Sulit”, “Renovasi kampus 2”, sampai “Audit Kok Sempit”.

“Kalau itu yang jawab Pak Rektor, saya engga bisa jawab. Saya tahu video dan media sosialnya. Tapi menyikapi itu, adik-adik BEM dan panitia saya panggil. Kita kondisikan,” ujar Joko ketika ditanyai soal kesiapan fasilitas kampus dalam menghadapi penambahan jumlah mahasiswa baru.

“Mahasiswa baru ngadu dan ngeluh ke kami. Tapi kami cuma bisa ngasih tahu dan suruh sabar aja,” ujar salah satu Kakak Asuh, Ernika Marfianti.

Minimnya Tenaga Kesehatan

Tenaga medis menjadi satu hal yang krusial kala menggelar perhelatan luring dengan jumlah peserta yang banyak. Sayangnya, jumlah tenaga medis di PKKBN ini begitu minim. Dari Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) Unit III UPN “Veteran” Yogyakarta, hanya ada 22 orang.

“Di luar yang tertulis ada yang dateng sendiri dan langsung bantu. Ada juga yang sudah tertulis, tetapi tidak datang,” jelas Ketua KSR, Lintang Larasati Adi Putri. Ia mengungkapkan jika dari 22 orang KSR, seluruhnya diterjunkan setiap hari. Hanya saja berbeda titik lokasi poskonya.

Sedangkan dari panitia Divisi Medis, hanya ada 12 orang. Terdiri dari satu orang koordinator, satu wakil koordinator, dan sepuluh staf. “Saya mengambil keputusan membagi staf saya. Dua orang memegang 10 gugus,” ujar Koordinator Medis, Fatih Bagus Askara Tanjung. Mahasiswa yang akrab disapa Askara ini juga menjelaskan jika mereka turut dibantu tenaga medis dari klinik UPNVY, jumlahnya sekitar delapan orang.

Anes, salah satu peserta yang mengaku sempat sakit karena melakukan vaksin booster sehari sebelum PKKBN menjelaskan jika ia ditangani dengan cukup baik. “Aku dikasih obat dan disuruh tidur sampai aku mendingan.”

Rabu (17/08), merupakan hari tersibuk bagi para tenaga medis PKKBN. Baik Askara maupun Lintang mengaku jika pada tanggal itu jumlah pasien begitu banyak. Menurut Askara, totalnya lebih dari 100 orang. “Di posko utama pada bagian bawah masjid sampai terpakai semua,” terang mahasiswa Teknik Pertambangan tersebut.

Menurut Luxita Candra Kusuma selaku Wakil Ketua KSR, keluhan ringan menjadi yang paling banyak dialami oleh peserta. Misalnya, kecapaian, pusing, mual, panas, dan pingsan.

Walaupun demikian, terdapat beberapa sakit bawaan serius yang kambuh.  “Beberapa peserta punya riwayat penyakit serius. Di antaranya jantung, epilepsi, vertigo. Sempat kambuh memang. Tapi alhamdulillah bisa kita tangani,” tambah Askara.

Jika mengacu pada data Daftar Pasien PKKBN milik KSR, sampai hari keenam, jumlahnya mencapai 442 orang. “Selain hari Rabu, sebenarnya tetap kewalahan. Tapi masih mendinglah,” keluh Lintang.

Pelaksanaan Mozaik

Mozaik adalah kegiatan membuat lambang tertentu yang dilakukan secara kolektif oleh seluruh mahasiswa baru. Membawa formasi bertema “Pioner Pembangunan”, para mahasiswa baru diharuskan membawa kertas asturo yang warnanya telah ditentukan. Panitia juga menawarkan jasa pembelian kertas asturo dengan membayar Rp30.000 untuk setiap peserta.

“Mungkin kalau beli sendiri bisa lebih murah. Cuma bingung cari di mana terutama untuk warnanya,” tutur Cakra yang mengaku memilih menggunakan jasa dari panitia.

Jika mengacu pada buku panduan PKKBN, mozaik dilaksanakan pada pukul 08.30-11.00 WIB. Namun, diundur menjadi sore hingga baru selesai ketika hari hampir petang. “Agak ngulur waktu banget, malah sampe ke magrib dan banyak yang gak salat asar,” jelas Anes.

“Untuk mozaik memang sedikit ada miskomunikasi dari panitia sehingga belum bisa dilaksanakan ketika pagi. Jujur aku mengakui itu. Kedua, kita melihat kondisi lapangan,” ucap Rifqy.

Dirinya mengungkapkan jika kondisi lapangan telah panas. Pada agenda upacara pagi sebelumnya, juga telah banyak peserta yang pingsan dan harus dibawa ke medis. Hal ini membuat panitia mengubah jadwal pelaksanaan mozaik.

“Waktu pelaksanaan mozaik, kakak asuhnya kasian karena ikut bingung. Anak-anaknya juga jadi ada yang marah,” tutur Alda.

Rifqy menjelaskan jika sebagian besar formasi mozaik berhasil, tetapi ada beberapa bagian yang kurang tepat. “Untuk hasilnya ditunggu aja nanti bakal dipublikasikan kok, santai saja,” katanya.

Harapan bagi Kampus Bela Negara

Buku ceria PKKBN 2022. (Sumber: Delima Purnamasari)

Selesainya orientasi studi dan pengenalan kampus berarti dimulainya keakraban mahasiswa baru dengan Kampus Bela Negara secara langsung. Timbul harapan dari para mahasiswa baru bagi kampus yang nantinya menjadi tempat mereka bernaung.

“Aku harap UPN menjadi kampus yang menyenangkan dan tenang untuk belajar. Kekerasan semacam bullying atau pelecehan seksual itu engga ada. Aku harap di UPN engga terjadi,” ujar Cakra.

“Semoga para mahasiswa bisa tumbuh di universitas ini. Kampus dua itu kasian banget, pokoknya dibenerin,” tutur Anes.

“Saya ingin fasilitas kampus dilengkapi dengan lebih canggih. Jadi, akreditasinya naik dan bisa setara internasional. Dijalin juga hubungan baik dengan universitas lain agar pertukaran mahasiswanya lebih mantap,” pungkas Iqra.

Merencanakan dan melaksanakan pagelaran besar dengan banyaknya jumlah peserta dan durasi yang panjang tentu bukan perkara mudah. Di kala menghadapi tantangan yang sulit inilah kualitas sebenarnya dari sebuah institusi bisa dibuktikan. Setelah mendapatkan kesan dari PKKBN, publik tentu bisa menilai kualitas dari kampus bela negara ini. (Delima Purnamasari)


Editor: Syiva Pramuji Budi Astuti

 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.