Header Ads

Aprocryphal, Pentas Besar Jubah Macan dengan Kisah Perjuangan sang Penyihir Hijau

Salah satu adegan dalam Pentas Besar Jubah Macan. (Sumber: Dokumentasi panitia)

Yogyakarta, Sikap – SMA 3 Yogyakarta mengadakan pagelaran seni teater atau lebih dikenal dengan Pentas Besar Teater Jubah Macan. Pagelaran seni yang rutin diselenggarakan dari tahun ke tahun ini menjadi wadah berekspresi bagi siswa-siswi SMA 3 Yogyakarta dalam mengembangkan minat dan bakatnya.

Pentas Besar Teater Jubah Macan tahun ini mengangkat tema “Aprocryphal” yang menghadirkan berbagai karakter dengan keunikan masing-masing. Hal ini dilakukan demi menyajikan sesuatu yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

“Tema kali ini kebetulan cukup berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang mengambil tema kolosal yunani. Dua tahun sebelum ini, kebetulan sudah mengambil cerita Disney sehingga kita ingin beralih mengambil cerita yang lain. Pengambilan tema yang berbeda ini agar para penonton tidak bosan dengan Jubah Macan. Kita ingin membawakan sesuatu yang baru dan unik,” ujar Putri selaku Asisten Produksi Marketing Pentas Besar Jubah Macan pada Minggu (22/5/2022).

Putri menjelaskan bahwa proses produksi dilakukan selama delapan bulan. Dengan begitu, diharapkan persiapan tersebut bisa memberikan teater musikal yang berkesan bagi para penonton. Pentas Jubah Macan tahun ini bisa disaksikan secara daring pada tanggal 16 Juli 2022 melalui kanal YouTube Padmanaba Productions.

Dio selaku tim Pentas Besar Jubah Macan mengatakan bahwa kisah ini terinspirasi dari film “Wizard of Oz”. Guna memberikan kesan yang berbeda, Dio dan tim mengambil sudut pandang cerita dari penyihir hijau dengan nama karakter Elphaba.

“Kita membawakan konsep cerita yang belum pernah dibawakan di film sehingga orang-orang tertarik untuk nonton karena cerita ini punya ciri khas tersendiri. Selain itu, keunikan terletak pada pengambilan pemeran yang berbeda dengan warna kulit hijau, serta memperkaya karakter karena menghadirkan manusia dan hewan,” jelas Dio pada Minggu (22/05/2022).

Dio juga bercerita bahwa pementasan ini akan menggambarkan bagaimana seorang Elphaba yang dikucilkan karena memiliki fisik berbeda dari manusia lain. Melalui pementasan ini, Dio dan tim ingin Elphaba menunjukkan bagaimana ia bisa memperjuangkan hak-hak dari karakter para hewan.

Pesan serupa juga disampaikan oleh Alif selaku Kepala Produksi. Ia menuturkan bahwa kebebasan harus diperjuangkan. Setiap mahluk hidup berhak untuk menentukan pilihan dan bertanggung jawab atas pilihan tersebut. (Iftinan Adhasari)


Editor: Dias Nurul Fajriani

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.