Header Ads

Peran Pers di Era Post-Truth

Diskusi tentang post-truth (Foto: LPM SIKAP)


Era revolusi digital menghadirkan beragam bentuk informasi yang menghasilkan sejumlah dampak sosial. Pada tahun 2016, post-truth menjadi World of the Year yang sangat tidak asing di ranah perpolitikan. Menurut Kamus Oxford, post-truth diartikan sebagai istilah yang berhubungan dengan atau mewakili situasi-situasi dimana keyakinan dan perasaan pribadi lebih berpengaruh dalam pembentukan opini publik dibanding fakta-fakta yang objektif. Terdapat dua peristiwa yang melatarbelakangi post-truth menjadi perbincangan dunia yaitu ketika Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa dan saat Donald Trump terpilih sebagai presiden Amerika Serikat.

Sebelumnya, pada tanggal 23 Oktober 2020, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) SIKAP dari Jurusan Ilmu Komunikasi, UPN “Veteran” Yogyakarta mengadakan diskusi bersama secara daring mengenai peran pers di era post-truth. Dalam diskusi tersebut dijelaskan media seharusnya berada di posisi tengah untuk menghindari dominasi informasi sehingga dapat menyatukan publik yang terpecah. 

Pihak media mampu mengklarifikasi dan memperjuangkan kebenaran dengan memperhatikan timing. Berbagai contoh dan fakta di sekitar bahwa masyarakat menjadi terpolarisasi karena pengaruh dunia maya khususnya media sosial. “Dunia terpolarisasi melalui dunia maya, kalau tidak pintar maka kita akan ikut terpolarisasi juga,” ujar Susilawati, salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Ia juga mengatakan bahwa media pers harus mampu menguasai teknologi sehingga mampu mempertahankan posisinya.

Sementara itu, Dufadila Yusrin, mahasiswa Jurusan Hubungan Masyarakat yang juga salah satu peserta diskusi mengatakan jika post-truth adalah era dimana orang tidak mencari kebenaran tetapi mencari afirmasi dan konfirmasi dukungan terhadap keyakinannya.

Faktanya, sering dijumpai bahwa media pers justru digunakan sebagai alat bagi para penguasa dalam bidang politik maupun ekonomi yang malah mendukung pengaburan fakta. “Kita harus pandai memilah dan memilih informasi agar nantinya tidak termakan berita bohong yang dibuat oleh orang yang berkepentingan,” ungkapnya.

“Sangat penting bagi pers mengikuti perkembangan zaman sebagai acuan untuk content media karena pembaca saat ini lebih menyukai informasi yang simple, realtime, serta bisa diakses kapan pun dan dimana pun,” imbuh peserta diskusi tersebut.  (Adinda Farah Ramadhannisa)

Editor: Ayu Fitmanda Wandira

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.