Memaknai Kehidupan Bersama Fotkom 401
![]() |
Salah Satu Karya Pameris "JIVANAM" (Sumber : Aulya) |
Yogyakarta, Sikap— Selama tiga hari, Leman Art House menjadi saksi bisu perjalanan visual bertajuk “JIVANAM” yang diabadikan melalui lensa para pameris muda dari FOTKOM 401. Pameran ini merupakan bagian dari rangkaian Pendidikan Dasar (Diksar) FOTKOM Angkatan XXV yang digelar sejak Jumat (30/5) hingga Minggu (1/6) dan terbuka secara gratis untuk umum.
Mengangkat kata ‘Jivanam’ dari bahasa Sanskerta yang berarti kehidupan. Hasian Grenaldo selaku humas pameran menjelaskan bahwa pameran ini menyuguhkan beragam karya fotografi yang mengeksplorasi dinamika hidup dari berbagai sudut pandang. “Proses kehidupan, dan kami memperkecilnya menjadi subtema seperti profesi, alam, kebudayaan, atau bangunan bersejarah,” tutur Hasian. Masing-masing foto berbicara tentang proses hidup yang tidak pernah seragam, akan tetapi penuh cerita, makna, dan latar belakang yang mendalam.
Tak hanya memajang hasil jepretan, “JIVANAM” menjelma menjadi ruang dialog antara fotografer dan pengunjung. Sekitar 53 pameris hadir selama pameran untuk menjelaskan latar belakang cerita dari foto mereka kepada para pengunjung. “Di pameran ini, foto-foto jadi media komunikasi kami. Pengunjung pun banyak yang mengapresiasi, dan itu membuat kami bangga serta merasa senang bisa didengar dan dimengerti,” tambah Hasian.
Daya tarik pameran ini juga ditunjukkan dari jumlah pameris yang bertambah dari tahun sebelumnya. Indra Djati Sidhi Putra, selaku ketua pelaksana menyampaikan tahun ini ada sekitar 53 pameris yang ikut berpartisipasi. “Kalau tahun lalu jumlah pameris sekitar 20–30 orang, sekarang hampir dua kali lipat. Ini menunjukkan antusiasme yang luar biasa dari teman-teman angkatan kami,” kata Indra.
Menurut Indra, “JIVANAM” memberi ruang eksplorasi yang lebih luas dalam berkarya. Banyak pameris yang akhirnya berani menyampaikan kisah-kisah kehidupan dari sisi yang berbeda. Ia menilai bahwa hal tersebut membuat pameran kali ini terasa lebih hidup dan tidak monoton. “Aku mandang Jivanam itu lebih luas. Jadi dari tema kehidupan itu, karya-karyanya bisa lebih bervariasi dan gak itu-itu aja,” lanjutnya.
Dedy, salah satu pameris memamerkan karya bertema profesi yang digambarkan melalui mengabadikan momen seorang pandai besi yang telah bekerja sejak 1982. Lewat karyanya, ia ingin menyampaikan bahwa setiap orang memiliki proses hidup yang berbeda-beda. Ada yang cepat, ada yang lambat, dan semuanya sah untuk dijalani. “Saya ingin menyampaikan bahwa semua proses itu tergantung individu. Mau cepat atau lambat, yang penting dinikmati,” jelasnya.
Tak hanya memamerkan karya, rangkaian acara juga dilengkapi dengan berbagai kegiatan seperti sarasehan, live acoustic, hingga karaoke malam. Momen-momen ini menjadi ruang santai sekaligus refleksi, di mana para peserta dan pengunjung bisa saling berbagi cerita dan kesan.
Bagi Dedy, salah satu momen paling berarti adalah ketika ia harus mempresentasikan karyanya di depan banyak orang saat sarasehan. “Di situ saya belajar gimana menyampaikan makna foto ke publik. Itu menantang tapi sangat berkesan,” ungkapnya.
“JIVANAM” menjadi ruang apresiasi seni visual yang tak hanya menyentuh mata, tetapi juga menyentuh hati. Para pameris dan panitia berharap semangat yang telah dibangun selama proses ini bisa terus hidup dan diwariskan ke angkatan-angkatan selanjutnya. (Aulya Fitriana Putri Rahmaniar)
Editor : Erlysta Nafa Azhary
Tulis Komentarmu