Header Ads

Nasib Kantin Melati kala Kuliah Daring


Kantin Melati UPN "Veteran" Yogyakarta Kampus II Babarsari (Pengolah gambar: Asha Prinanda)


Berbagai aktivitas di kampus mulai ditiadakan sejak Maret 2020 karena pandemi Covid-19. Serupa dengan kampus lainnya,  UPN “Veteran” Yogyakarta juga sepi dari aktivitas perkuliahan. Hal ini dilakukan semenjak Rektor menerbitkan surat edaran tentang kesiapsiagaan dan pencegahan penyebaran Covid-19.

Berdasarkan surat edaran tersebut, kegiatan perkuliahan yang biasanya dilakukan secara luring harus diganti menjadi kuliah daring. Meskipun masih ada beberapa kegiatan yang diizinkan untuk dilakukan di kampus, seperti kegiatan praktikum. Biarpun begitu, protokol kesehatan menjadi syarat wajib untuk diterapkan.  

Setelah hampir satu tahun, beberapa aktivitas di kampus mulai dilakukan walaupun tidak sebanyak sebelum pandemi. Contohnya, sebagian kegiatan organisasi yang dilakukan mahasiswa, staf kampus yang bekerja meski dengan jam kerja terbatas, hingga petugas keamanan dan kebersihan yang tetap menjalankan tugasnya.

Akan tetapi, hal itu berbeda jika dibandingkan dengan Kantin Melati. Tempat makan para mahasiswa ini masih terlihat sepi dan tidak ada aktivitas seperti biasanya. Terlebih lagi, seluruh pegawai kantin telah dirumahkan sejak Maret lalu. Salah satunya adalah Menik yang telah hampir kehilangan pekerjaan utamanya.

“Dampak pandemi juga dialami semua orang, jadi mau tidak mau ya kita menerima. Kalau untuk saya sendiri dampaknya ya sampai saat ini belum ada pekerjaan lagi (hanya aktivitas di rumah saja). Saya masih menunggu sampai kantin bisa dibuka kembali,” ujarnya.

Meskipun harus kehilangan pekerjaannya, Menik mengungkapkan bahwa ditutupnya kantin adalah langkah terbaik yang dapat dilakukan. Bagaimanapun juga, hal tersebut merupakan bentuk pencegahan Covid-19 di lingkungan kampus. Menurutnya, meskipun beberapa aktivitas mulai dilakukan di kampus, tetapi kantin merupakan salah satu tempat yang sering digunakan untuk berkumpul. Dengan demikan, sangat memungkinkan untuk penyebaran Covid-19.

“Sebelum pandemi, kantin sering dijadikan untuk tempat berkumpul. Menurut saya juga ada baiknya kantin ditutup. Jadi, meminimalkan orang untuk berkumpul. Di samping itu, jika nanti kantin akan dibuka kembali pasti juga akan tetap mengikuti aturan yang sudah dibuat,” tambahnya.

Tutupnya Kantin Melati tentu berdampak besar bagi para pegawainya, mengingat banyak dari mereka yang hidupnya bergantung dari penghasilan kantin. Akibatnya, beberapa ada yang memilih untuk kembali menjadi ibu rumah tangga dan menunggu sampai kantin kembali buka. Sementara itu, beberapa pegawai lainnya memilih untuk mencari pekerjaan lain sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Hal itulah yang dilakukan oleh Sutilah. Sejak tidak menjadi pegawai Kantin Melati, wanita berusia 48 tahun tersebut memilih untuk berjualan sembako di rumahnya. Dengan demikian, dirinya masih bisa mencukupi biaya hidup.

“Di masa seperti ini, kalau mau cari pekerjaan lain juga susah. Di samping itu, banyak usaha yang justru mengurangi pegawainya. Akan tetapi, kebutuhan sehari-hari juga pastinya selalu ada. Untungnya ditawarin anak saya untuk buka warung,” ungkapnya.

Meskipun demikian, para pegawai kantin menaruh harapan besar agar di tahun ini, keadaan bisa lekas pulih sehingga mereka bisa kembali memperoleh pekerjaan. Bagi beberapa pegawai, bekerja di kantin bukan sekadar untuk mencari penghasilan, tetapi juga merupakan hiburan tersendiri bagi mereka.

“Saya kan sudah bekerja dari tahun 2006 di kantin. Kalau untuk penghasilan memang tidak seberapa. Namun, kalau saya masih bertahan itu karena bekerja juga menjadi hiburan bagi saya, biar tidak jenuh di rumah,” tutur Sutilah. (Asha Prinanda Tamara Tansia) 


Editor: Delima Purnamasari

 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.