Header Ads

Menilik Efektifitas Spada Wimaya sebagai Media Pembelajaran Daring

Tampilan website Spada Wimaya. (Sumber: Tangkapan layar/Mohamad Rizky Fabian)

Tantangan globalisasi memaksa setiap orang untuk mengoptimalkan kehadiran teknologi. Keberadaan teknologi memberikan kemudahan bagi kita untuk menjalankan aktivitas terutama di pandemi Covid-19. Spada Wimaya yang hadir untuk membantu mahasiswa UPN “Veteran” Yogyakarta dalam perkuliahan daring nyatanya masih memiliki beberapa masalah.

Spada atau Sistem Pembelajaran Daring dikembangkan untuk menjadi media pembelajaran daring mahasiswa UPNVYK. Situs web Spada milik UPN “Veteran” Yogyakarta ini dikelola oleh Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M). Lembaga tersebut dibentuk oleh Rektor UPN “Veteran” Yogyakarta dengan tujuan untuk mengembangkan pendidikan guna mencapai pendidikan tinggi yang berkualitas secara berkelanjutan.

Berbagai fitur yang ada di Spada antara lain Assigment submission, forum diskusi, unduh arsip, peringkat, chat, kalender online, berita, kuis, tugas, ujian online, wiki dan Big Blue Button. Keberadaan fitur tersebut diharapkan bisa mengoptimalkan fungsi dari Spada sebagai media pembelajaran.

Pembelajaran secara daring membuat mahasiswa menjadi tidak asing dengan berbagai platform pembelajaran lain seperti Zoom dan Google Meet. Berbeda dengan Spada, Zoom dan Google Meet hadir dengan fitur yang lebih sederhana seperti audio, video, chat, dan raise hand.

Walaupun demikian, sebenarnya situs web Spada sudah dilengkapi dengan Big Blue Button (BBB) yang memiliki fungsi serupa dengan Zoom dan Google Meet. Namun, keberadaan BBB memiliki kekurangan seperti server yang sering down dan suara yang seringkali terlambat masuk sehingga menjadi penghambat dalam kegiatan belajar mengajar.

Angesti Brillian P, mahasiswi Prodi Hubungan Masyarakat mengatakan bahwa fitur BBB di Spada tidak terlalu membantu dan kurang efektif dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, dosen kerap menawarkan alternatif platform dengan menggunakan Zoom atau Google Meet. Alternatif tersebut didukung oleh pihak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Yogyakarta dengan memberikan akun Zoom premium bagi dosen FISIP agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar.

Beberapa mahasiswa juga mengeluhkan server Spada yang sering down, terutama menjelang masa ujian atau submit tugas sehingga harus melapor pada dosen terkait. Selain itu, Spada seringkali dinilai tidak efektif dan hanya digunakan untuk presensi tugas saja.

“Spada tidak terlalu membantu karena hanya digunakan untuk transit materi dan presensi” tutur Abbiya, mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional UPNVY pada hari Jumat (18/12). Sejalan dengan Abbiya, Miftah Yosron selaku mahasiswa HI juga menuturkan bahwa Spada hanya digunakan untuk presensi sehingga kurang bermanfaat apabila menjadi media pembelajaran.

Berbagai kritikan yang muncul untuk mengkritisi situs web e-learning ­ini disinyalir karena kurangnya sosialisasi kepada mahasiswa dan dosen. Muhammad Hafidz Azhar, Ketua BEM FISIP menuturkan bahwa Spada dinilai kurang bermanfaat oleh mahasiswa dikarenakan kurangnya sosialisasi Spada kepada dosen sehingga belum bisa mengoptimalkan fungsi yang sudah ada di Spada.

Situs web Spada Wimaya hadir dengan tampilan dan fitur yang memang harus dipelajari bagi pengguna baru. Dosen selaku pengampu dan pemberi materi bagi mahasiswa juga harus belajar dari awal mengenai situs web Spada sehingga pihak kampus dan FISIP UPNVY memberikan pelatihan mengakses Spada.

Virginia Ayu Sagita S.Sos, M.Kom., dosen sekaligus trainer Spada, mengaku bahwa mengelola situs web Spada sebenarnya mudah namun karena mahasiswa dan dosen belum terbiasa sehingga harus belajar dalam mengakses Spada.

Wawancara dengan Virginia S.A selaku trainer Spada, Minggu (20/12). (Sumber: Tangkapan layar/Iftinan Adhasari)

“Mungkin karena baru menggunakan Spada jadi mahasiswa dan dosen harus belajar mengakses. Dulu ada mahasiswa yang presensi cuma dicentang saja. Nah itu mulai ditegur, sekarang sudah pada bisa”, tutur dosen yang akrab disapa mba Virgin Ketika dihubungi pada Minggu (20/12).

Hal tersebut dikonfirmasi oleh Ida Wendijarti, M,Si, dosen Program Studi Hubungan Masyarakat. Dirinya mengaku awal penggunaan Spada belum terbiasa sehingga harus banyak belajar guna memahami teknis Spada. Tidak hanya mahasiswa yang mengeluhkan beberapa fitur dan kekurangan di Spada, Ida juga mengeluhkan hal yang sama seperti fitur terlalu banyak dan server yang sering down.

 Wawancara dengan Ida Wendijarti M.Si, selaku dosen Humas terkait Spada, Minggu (20/12). (Sumber: Tangkapan layar/ Iftinan Adhasari)

Berbagai keluhan yang disampaikan oleh mahasiswa dan dosen seharusnya menjadi langkah awal untuk memperbaiki situs web Spada agar kegiatan belajar mengajar bisa berjalan dengan baik. Tidak hanya mengeluh, beberapa mahasiswa dan dosen juga memberikan saran berupa perbaikan untuk server Spada dan berbagai fitur bisa yang melengkapi Spada dapat disederhanakan saja sehingga bisa dioptimalkan fungsinya. Kritik dari mahasiswa dan dosen sebetulnya sudah disampaikan oleh Virginia Ayu selaku trainer, bahkan sampai tingkat universitas walaupun belum bisa diperbaiki secara menyeluruh.

Maka dari itu, adanya kritik dan saran dari dosen maupun mahasiswa dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana penilaian pengguna terhadap situs web Spada. Apabila masih terdapat kekurangan, kritik dan saran akan membantu pihak universitas untuk mengetahui akar permasalahan dan memperbaikinya. (Iftinan Adhasari P)


Editor: Mohamad Rizky Fabian

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.