Pemura FISIP UPN Yogyakarta, Paslon Tunggal Lawan Kotak Kosong Kembali Terjadi
![]() |
| Ilustrasi (Sumber: @pemura_upnvyk)
|
Paslon Prabu Landung dari Program Studi (Prodi) Hubungan Masyarakat dan Muhammad Iqbal Maulana dari Prodi Administrasi Bisnis berhadapan dengan kotak kosong pada ajang pemilihan gubernur serta wakil gubernur BEM FISIP. Fenomena lawan kotak kosong telah terjadi selama 3 (tiga) tahun berturut-turut mencerminkan minimnya antusiasme mahasiswa terhadap dinamika politik kampus. Hal ini menjadi perhatian serius lantaran memunculkan pertanyaan mengenai esensi demokrasi di lingkungan kampus. Situasi ini dianggap mengurangi dinamika kompetisi yang sehat serta kesempatan bagi mahasiswa untuk menganalisis calon pemimpin secara lebih mendalam. Ketua Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM), Putra Harin, menyampaikan keprihatinan atas menurunnya kontestasi tahun ini, bahkan periode-periode sebelumnya. Ia menegaskan bahwa minimnya partisipasi dan munculnya opsi kotak kosong tidak hanya terjadi di FISIP, tetapi juga di sejumlah fakultas lain. “Saya rasa itu merupakan sebuah masalah juga di UPN, sehingga setidaknya ada penguatan supaya akhirnya calon-calon ini bisa dimunculkan lebih banyak, bisa dua, bisa tiga, itu menandakan apa? Supaya kemudian kontestasinya itu lebih terasa,” terang Putra Menanggapi fenomena ini beberapa mahasiswa sangat menyayangkan jika di lingkungan fakultas berbasis ilmu sosial dan ilmu politik terjadi minimnya partisipasi dalam politik kampus itu sendiri. Bayu Rizki Ananta, seorang mahasiswa Hubungan Masyarakat (Humas) angkatan 2023 menyampaikan bahwa hal ini terjadi lantaran kurangnya esensi dalam kaderisasi. “Pertama tentang pendidikan, mahasiswa sekarang ini tuh tentu perlu satu hal yang memang sifatnya menaikkan value mereka dan mungkin mereka merasa bahwa di organisasi tidak mendapatkan itu. Itu yang mungkin jadi catatan di organisasi kita,” tutur Bayu.
Selaras dengan Bayu, Muhammad Jundi Daffa Arkan mahasiswa Humas ‘24 turut menyampaikan “Rasa kurangnya minat untuk berdiskusi, khususnya teman-teman fisip. “Mungkin dari kita lihat 2 periode ke belakang karena lawannya kotak kosong, minatnya atau tempat mereka mengeluarkan ekspresi mereka, berpendapat mereka itu masih kurang,“ terang Jundi. Bagi mahasiswa baru, ini merupakan kali pertama mengikuti pesta rakyat di lingkungan kampus. Mereka berbaur dalam kerumunan turut mengamati dinamika sosial yang muncul. Bagi Cihan Azraqayana, mahasiswa baru Humas ketika hanya terdapat 1 (satu) calon, dirinya kesulitan memberikan pandangan karena belum ada yang bisa menjadi perbandingan. “Masih belum ada yang bisa menjadi perbandingan kayak harus ke depannya itu mau kayak gimana, untuk secara pandangan jadi ke depannya secara pilihannya jadi kurang,” jelas Cihan. Tidak hanya itu, Muhammad Farel Agil dan Matthew Rafael Sialoho dari Hubungan Internasional ‘25 menyayangkan saat masa kampanye, calon kurang menyampaikan visi misinya. Bagi mereka sebagai mahasiswa baru kurang mengenal pribadi masing-masing calon. “Kalau saya sih lebih kayak orasinya itu, lebih dijelaskan lagi tentang visi-misinya, dan juga lebih dikenalkan lagi secara luas, karena masih banyak juga yang ini enggak tahu,” jelas Rafael. Pemura tahun ini telah berjalan dengan lancar dan tertib. Besar harapan agar demokrasi kampus terutama di lingkungan FISIP terus digaungkan. Bayu menambahkan harapan agar bukan sekadar kaderisasi yang diperbaiki, melainkan bagaimana meningkatkan value dari organisasi itu sendiri. Menurutnya banyak dari mahasiswa ketika ingin masuk dalam organisasi akan mendapatkan kemampuan tertentu. “Tapi pada dasarnya ketika orang sudah join ya jujur mereka malah merasa kecewa gitu,” tukas Bayu Disisi lain, Jundi menambahkan “Semoga aja tahun depan kita bisa melihat bahwa FISIP ini benar-benar jadi fakultas yang ‘sosial’ dan terjalin dinamika politik kampus yang bisa kita lihat di kampus kita sendiri,” pesan Jundi. (Erlysta Nafa Azhary) Editor: Pelangi Aulia Ramadhani Augusta |


Tulis Komentarmu