Benang Kusut Aksi Warga Bong Suwung, Orator: "Paling Tidak Beri kami Solusi, pak"
Aksi Masyarakat Bong Suwung di depan Kantor KAI DAOP 6. (Sumber: Latri Rastha Dhanastri). |
Yogyakarta Sikap-Warga Bong Suwung lakukan aksi demonstrasi di depan kantor PT. KAI Daop 6 Yogyakarta. Unjuk rasa pada Selasa (24/09/2024) itu, dibarengi dengan agenda audiensi, menemukan solusi dari sterilisasi daerah Bong Suwung.
Aksi ini bukan yang pertama kali dilakukan. Rakyat telah menggelar aksi di depan gedung DPRD DIY, DPRD Kota, dan gedung Ombudsman. Hingga hari itu mereka melakukan demonstrasi sebanyak 5 kali.
Koordinator lapangan sekaligus mahasiswa UGM, Sadam Nur Fauzan menjelaskan pihak yang mengikuti audiensi merupakan perwakilan dari DPRD kota, Warga Bong Suwung, PT. KAI, dan kuasa hukum Bong Suwung.“Kami terus kawal, jika hasilnya di dalam tidak seperti yang warga harapkan. Kemungkinan akan ada aksi lagi. Kita tuntut sampai hak rakyat terpenuhi,”jelasnya.
Perundingan berlangsung selama 30 menit. Sembari menunggu hasil, masyarakat tak gentar mengeluarkan uneg-uneg yang dirasakan.“Paling tidak berikan kami solusi, pak. Kalau mau menggusur kami, berikan tempat tinggal yang layak. Kasihan anak-anak kami,”ucap salah seorang orator.
Tak lama, hasil dari audiensi bersama PT. KAI, diumumkan oleh Kuasa Hukum Warga Bong Suwung, Restu Baskara.“Pada intinya tuntutan kami adalah mengenai kompensasi, PT. KAI memberikan 200 ribu rupiah/meter untuk bangunan semi permanen dan 250 ribu rupiah/meter untuk bangunan permanen, ditambah dengan biaya angkut 500 ribu/rumah. Dan itu harus dijawab oleh warga Bong Suwung paling lambat besok Jumat (27/9/2024),” jelasnya. Sebanyak 76 jiwa KTP Yogyakarta dan sisanya sekitar 200 orang KTP luar Yogyakarta, akan terdampak proyek tersebut.
Restu meminta PT KAI sebaiknya menunda rencana sterilisasi. Terutama setelah DPRD kota mengeluarkan surat mengenai praktik mal administrasi. “Kami sudah sampaikan, jika permohonan kami tidak dikabulkan seharusnya PT KAI memberi kompensasi waktu untuk rakyat agar bisa mencari tempat tinggal yang layak atau lahan untuk bekerja terlebih dahulu, tapi mereka menolak,”tambahnya.
Hasil audiensi di depan kantor PT KAI DAOP 6, tidak memuaskan warga. Alhasil mereka berbondong-bondong melakukan aksi ke depan Kantor Walikota, dengan harapan suaranya dapat didengar.
Rakyat Melingkar melanjutkan aksi yang sama, di depan kantor Walikota Yogyakarta. (Sumber: Fadhilatul Dewi) |
Keadaan aksi di depan Kantor Walikota Yogyakarta dipenuhi suasana pilu. Lebih-lebih setelah warga mengetahui Walikota Yogyakarta, Sugeng Purwanto tidak berhasil mereka temui. Rakyat hanya mendengar penjelasan dari asisten Walikota Yogyakarta, Yunianto Dwi Sutono.“Kami akan mendiskusikan lagi dengan pihak-pihak yang terlibat, mengenai penyelesaiannya,jadi ditunggu saja,”jelasnya mengakhiri.(Fadhilatul Dewi dan Latri Rastha Dhanastri)
Editor: Latri Rastha Dhanastri
Tulis Komentarmu