Header Ads

Konsolidasi dan Teklap Aksi Jadi Ajang Kritik Internal BEM KM

Konsolidasi dan teklap aksi BEM KM. (Sumber: Delima Purnamasari)

BEM KM UPN “Veteran” Yogyakarta menyelenggarakan konsolidasi dan rapat teknis lapangan (teklap) aksi Aliansi Rakyat Bergerak (ARB), Rabu (20/4/2022) lalu. Acara yang mengundang seluruh elemen Keluarga Mahasiswa (KM) ini diadakan melalui platform Zoom Meetings. Meski demikian, para peserta justru menjadikan agenda ini sebagai ajang kritik internal BEM KM sendiri.

Konsolidasi secara terbuka

Melalui Instagram @bemkmupnvy baru-baru ini, secara resmi BEM KM mengundang konsolidasi terbuka bagi seluruh KM UPN. Untuk bergabung sendiri, peserta hanya perlu masuk grup WhatsApp melalui tautan yang disediakan. Dalam undangan dijelaskan jika konsolidasi diselenggarakan untuk membersamai aksi ARB yang bertema “Rakyat Menggugat: Lawan Oligarki, Bangun Demokrasi yang Berkeadilan”.

“Kami ingin menyampaikan kepada seluruh mahasiswa. Kemarin partisipannya juga cukup banyak. Harapanku agar bisa berdinamika dan berdiskusi dua arah,” ungkap Ketua BEM KM, Muhammad Mirza Al Farrosy dalam penjelasannya mengenai latar belakang diadakannya forum terbuka.

Poin tuntutan dari ARB menjadi pembahasan utama dalam diskusi. Terdapat tujuh poin tuntutan utama, seperti mafia minyak goreng, listrik, hingga pengesahan Undang-Undang pekerja rumah tangga. Selain itu, terdapat delapan tuntutan turunan. Contohnya, penolakan ibu kota negara baru, tuntaskan kasus kekerasan seksual, hingga lawan perampasan tanah rakyat. Forum melakukan pembahasan dan penyeleksian atas berbagai tuntutan ini.

Tidak ada syarat untuk bisa mengikuti forum membuat siapapun bebas bergabung. Hal ini berdampak pada banyaknya partisipan yang menggunakan nama samaran. Misalnya, “slondok”, “penghuni UPN”, bahkan “Shopee Food”.

“Menurutku forumnya tidak steril. BEM KM sebagai fasilitator seharusnya bisa mengambil langkah tegas untuk mengkondusifkan forum,” ujar salah satu peserta konsolidasi, Ekita Samudra Tuahta.

Tidak ada batasan bagi para peserta dalam mengungkapkan pendapatnya. Menurut Ekita, pendapat tersebut adalah bentuk protes kepada BEM KM yang ingin menyelenggarakan demo di eksternal, tetapi keadaan internal masih kacau. “Mungkin mereka itu adalah orang-orang yang tidak terangkul oleh BEM KM,” tambahnya.

Partisipan yang melayangkan kritik pada BEM KM. (Sumber: Delima Purnamasari)

Memang terdapat berbagai kritik yang dilayangkan kepada BEM KM. Beberapa peserta bahkan sempat menggaungkan tagar #konyolidasi melalui pesan Zoom. Salah satu yang paling sering dipertanyakan adalah kontribusi Ketua BEM KM. Karena selama diskusi berlangsung, forum lebih banyak diambil alih oleh Farras Alam Majid.

“Ini konsolidasi terbuka. Siapapun bisa menjadi pemimpin forum atau moderator. Dari awal aku coba memantik dan menyampaikan informasi yang didapat dari luar. Kami memang belum memiliki batasan-batasan di dalam forum. Ini jadi evaluasi saja sebenarnya,” ungkap Mirza ketika ditemui di Perpustakaan UPN “Veteran” Yogyakarta.

Tidak hanya kontribusi dari Ketua BEM KM. Forum juga menilai bahwa BEM KM belum memiliki dasar yang kuat untuk ikut dalam aksi. Tidak adanya kajian internal dari BEM KM sendiri jadi salah satu alasan yang mendasari pernyataan tersebut.

Mirza menyebutkan bahwa sebelum konsolidasi terbuka, telah dilaksanakan konsolidasi antar-Organisasi Kemahasiswaaan (OK) di UPN. Meski sebatas penginformasian, Mirza menilai antusiasme dari masing-masing fakultas tinggi. BEM KM ingin memfasilitasi semangat ini.

“Kondisi BEM KM belum mempunyai power yang kuat. Ini dalam artian belum adanya staff. Banyak juga yang menuntut isu internal. Isu internal memang kewajiban kita semua. Ketika progam kerja sudah dimulai kita bakal mengusung itu. Jadi, jangan khawatir. Kita akan bikin roadmap dan melakukan berbagai kolaborasi,” terang Mirza.

Mirza mengatakan jika ada permasalahan di fakultas dan himpunan bisa disampakan kepada BEM KM karena mereka akan terbuka. Ia juga berharap seluruh elemen mahasiswa bisa terintegrasi. “Kalau hanya dari BEM KM saja berat. Teman-teman jangan hanya mengkritisi. Cobalah untuk memunculkan solusi dan memberikan saran,” jelasnya.

BEM FEB himbau mahasiswa FEB tidak ikut aksi

Himbauan dan larangan aksi dari BEM FEB. (Sumber: Delima Purnamasari)

BEM FEB melalui Departemen Kajian dan Aksi Strategis mengeluarkan himbauan dan larangan bagi masyarakat FEB untuk mengikuti aksi. Ada beberapa poin alasan yang disampaikan melalui story Instagram @bemfebupnvy. Mulai dari perangkat aksi yang kurang memadai, persiapan aksi yang kurang matang dan komprehensif, hingga ketidakadaan koordinator lapangan dan mekanisme evakuasi saat terjadi kekacauan di lapangan.

“Sejak konsolidasi yang terakhir, BEM FEB mewakili dari KM FEB menarik diri. Kami bersepakat untuk tidak membersamai KM UPN untuk terjun ke aksi kemarin,” tegas Kepala Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEB, Adnan Nur Huda.

Adnan mengaku belum bisa menyampaikan berbagai kekhawatiran KM FEB pada konsolidasi pertama. Hal ini karena saat konsolidasi antar-OK kala itu belum terlihat detail teklapnya.

Terkait sikap yang diambil oleh BEM FEB, Mirza turut memberikan tanggapannya. “Menurut saya itu tidak jadi masalah karena memang hak prerogatifnya mereka. Kami sifatnya tidak memaksa. Semisal ada fakultas yang membutuhkan bantuan BEM KM kami siap kok, begitu juga sebaliknya. Harapannya seperti itu.”

BEM FEB melihat kurang adanya pendalaman isu dan manajemen aksi di lapangan, khususnya terkait jaminan keamanan. “Sehabis konsol dan teklap itu memang sudah terbentuk perangkat aksi. Namun, setelah itu itu kami mendengar kabar bahwa mereka mengundurkan diri,” tambah Adnan.

Tim Suarasikap mencoba mengonfirmasi kepada Muhammad Anas Robbani selaku Koordinator Lapangan yang terpilih ketika forum. Ia membenarkan jika terdapat pengunduran diri beberapa perangkat aksi, termasuk dirinya.

Meski telah ada himbauan, memang masih terdapat mahasiswa FEB yang tetap mengikuti aksi ini. “Kami tidak membatasi mahasiswa yang tetap turun sebagai mahasiswa merdeka. Tidak ada sanksi dari kami. Namun, jangan sampai teman-teman membawa nama KM FEB,” tambah Adnan.

Ketua BEM FEB, M. Asyraf Abdullah Mu’thi mengungkapkan jika sikap yang diambil oleh BEM FEB telah didasarkan rapat internal dari KM FEB. Baik itu Ketua Himpunan maupun DPM. “Tidak ada niatan untuk menyudutkan BEM KM. Kita hanya ingin teman-teman dari FEB mengetahui konsekuensi aksi dengan persiapan yang dilakukan oleh BEM KM. Terlebih, tidak banyak mahasiswa FEB yang mengikuti konsolidasi,” tegas Asyraf.

Asyraf mengungkapkan jika BEM KM ingin menginisiasi sebuah gerakan yang melibatkan lima fakultas maka harus memperkuat basis hubungan dengan OK dulu. “Kita jadi bisa tahu pandangan dari setiap fakultas. Kita bisa mengkolektifkan permasalahan sehingga jadi isu bersama. Dengan begitu, pergerakannya akan lebih mudah,” pungkasnya. (Delima Purnamasari)

 

Editor: Yahya Wijaya Pane

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.