Header Ads

Layakkah E-Sport Berlaga di Ajang Olimpiade Dunia?

 

Piala Presiden E-sport 2020 (sumber: Kumparan.com)

Saat ini fenomena Electronics Sport (E-Sport) atau olahraga elektronik sedang menjadi trend sebagai cabang olahraga baru berbasis digital video games yang dapat dimainkan di komputer maupun smartphone. E-Sport merupakan olahraga digital yang terorganisir dan membutuhkan keterampilan khusus layaknya permainan olahraga lainnya. Meskipun berbeda dengan olahraga fisik, e-sport juga telah banyak dipertandingkan dalam ajang kompetisi baik skala nasional maupun internasional.

Beberapa tahun yang lalu, e-sport turut dipertandingkan dalam event Asian Games 2018 dan SEA Games 2019. Beberapa jenis e-sport yang kerap dipertandingkan diantaranya adalah Dota, League Of Legends, SMITE, Heroes of the Storm, Mobile Legends, Arena of Valor, Vainglory dan masih banyak lagi dengan menyesuaikan target audience acaranya. Hingga saat ini esksistensi e-sport telah mendapat pengakuan resmi sebagai cabang olahraga berprestasi di Indonesia dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) serta Komite Olahraga Nasioanl (KONI) pada Agustus 2020 silam.

Hal tersebut menandakan bahwa e-sport dapat dikompetisikan dalam ajang cabang olahraga resmi nasional seperti Pekan Olahraga Nasional (PON). Lantas, apakah eksistensi e-sport tersebut juga layak untuk dipertandingkan di ajang olimpiade?

Dilansir dari laman hybrid.co.id, keberadaan e-sport di ajang olimpiade sendiri sebenarnya bukan suatu hal baru. Meskipun belum di olimpiade utama, video game sudah muncul dalam ajang Special Olympics USA Games 2018 yang mempertandingkan game Forza Motorsports 7 besutan Microsoft.

Dikutip dari laman liputan6.com, menurut Presiden International Olympic Committe (IOC), Thomas Bach, e-sport harus ada penyesuaian agar layak untuk dipertandingkan di pesta olahraga dunia. Salah satu yang menjadi perhatian adalah masih adanya gim yang bernuansa kekerasan.

Namun, di sisi lain ada pernyataan setuju yang diungkapkan oleh Agung Purwandono Saleh, dosen mata kuliah olahraga UPN “Veteran” Yogyakarta bahwa e-sport layak untuk dipertandingkan dalam ajang olimpiade. Menurutnya e-sport memiliki peluang karena di dalamnya mengandung unsur kompetisi, taktik, strategi, serta teknik bermain. “Layak saja, tapi harus ada eksibisinya dulu, karena mungkin masih ada pro dan kontranya,” ujarnya.

Alif Arswendi, seorang mahasiswa yang memiliki hobi bermain video game atau e-sport juga setuju apabila e-sport dipertandingkan dalam ajang olimpiade. Menurutnya, e-sport merupakan olahraga yang mengandalkan kemampuan otak seperti halnya permainan catur dan bridge. E-sport juga dapat menjalin pertemanan dan memupuk sikap sportivitas antar pemain.

"Layak sih kalo menurutku, alasannya karena e-sport itu juga olahraga yang menggunakan otak sama kayak catur dan bridge. Bisa buat menjalin pertemanan juga dengan pemain dari negara negara lain atau dari tim lain dan secara tidak langsung memupuk persaingan sehat (sportivitas) sesama pemain e-sport," jelas Alif.

Tanggapan positif juga dilontarkan oleh Bagus Abdurrahman Sholeh, menurutnya saat ini merupakan era digital yang tentunya perlu adanya inovasi dalam dunia olahraga. Sehingga e-sport layak untuk dipertandingkan dalam ajang olimpiade.

"Pantes banget sih menurutku. Sekarang zamannya serba digital, olahraga kayak gini bakal seru buat diikutin perkembangannya kalau dapat support dari masyarakat luas, tapi di sisi lain, edukasi tentang e-sport sendiri juga harus seimbang," ungkap Bagus.

Tentunya, harus ada seleksi  dan batasan agar ­e-sport layak berlaga dalam ajang olimpiade dunia. Harapannya, e-sport dapat berlaga dalam ajang olimpiade mengingat saat ini peminat dari e-sport sangat tinggi. Apabila ­e-sport terdaftar dalam cabang olahraga di olimpiade, tentu akan memunculkan atlet-atlet profesional di seluruh penjuru dunia. (Ayu Larasati)

 

Editor: Wafa’ Sholihatun Nisa’

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.