Header Ads

KALAPIRSA 2021, Kupas Tuntas Fenomena Quarter Life Crisis

Clorinda Vinska, praktisi psikologi memberikan materi pada Sabtu (27/3). (Sumber: Tangkapan layar/Tarissa Ramadhani)

Yogykarta, Suarasikap - KALAPIRSA merupakan acara tahunan yang diadakan oleh Crast 107.8 FM dan sudah diadakan sebanyak empat kali. Pada tahun ini, KALAPIRSA mengambil tema “Sounds of Tomorrow – Embracing the Future, for a Better You” dan diadakan pada Sabtu (27/3) Dalam acara tahun ini, KALAPIRSA membahas fenomena Quarter Life Crisis. Acara ini berupa talkshow yang menampilkan pembicara yang ahli di tiap bidangnya.

KALAPIRSA 2021 menyajikan acara musik yang dibalut dengan talkshow mengenai Quarter Life Crisis. Tema tersebut diambil karena keresahan dari para panitia KALAPIRSA. Selain itu, kondisi Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak orang tertekan dan bingung dalam menentukan kehidupannya. Oleh karena itu, tema dari acara kali ini diharapkan dapat memberikan jalan keluar bagi orang-orang yang sedang merasakan Quarter Life Crisis.

Acara ini juga memberikan edukasi berupa konten Instagram yang berisi tentang tips dan trik bagaimana menghadapi fase Quarter Life Crisis. Namun, acara ini tidak hanyaa ditujukan bagi kalangan yang sedang merasakan fase Quarter Life Crisis saja, melainkan terbuka untuk umum.

KALAPIRSA 2021 juga membuka donasi untuk setiap pendaftaran acara tersebut dengan menyumbang minimal Rp 10.000. Total dari donasi tersebut terkumpul sebanyak Rp 5.093.400 dan disumbangkan ke Sekolah Gajah Wong.  Sekolah tersebut merupakan sekolah gratis bagi anak-anak usia dini dan menengah dari kalangan yang kurang mampu di Yogyakarta.

Malwa Hazwani selaku Wakil Ketua KALAPIRSA mengatakan, donasi tersebut akan dibelikan alat-alat dan keperluan yang dibutuhkan oleh Sekolah Gajah Wong. “Kalau donasi tersebut masih ada sisa, maka mereka akan mendonasikan dengan uang tersebut,” ujar Malwa.

Crast 107.8 FM memilih Sekolah Gajah Wong sebagai penerima donasi karena sesuai dengan tema KALAPIRSA 2021. “Kita ingin orang-orang yang mungkin belum memiliki kesempatan atau belum berkecukupan untuk sekolah, dapat mengatasi Quarter Life Crisis melalui Pendidikan,” sambung Malwa.

Narasumber KALAPIRSA 2021 diisi oleh Ian Hugen selaku konten kreator, model, seniman, dan influencer. Selain itu, hadir juga Clorinda Vinska selaku praktisi psikologi pendidikan dan anak, konselor. Selain dua narasumber tersebut, KALAPIRSA 2021 juga menghadirkan Diandras sebagai musisi yang mengisi acara.

Ian Hugen, influencer sekaligus content creator memberikan materi di Kalapirsa 2021. (Sumber: Tangkapan layar/Tarissa Ramadhani)

Ian Hugen, pada acara kali ini membagikan pengalamannya sebagai minoritas. Ian memberikan insight serta berbagi pengalaman ketika ia mengambil keputusan untuk menjadi transwoman. Ian mengatakan, perbedaan merupakan sebuah nilai tambah dan menjadi hal unik jika dilihat dari cara pandang yang berbeda. Menurut Ian, jika ada yang merundung atau menjatuhkan kita karena minoritas, sebaiknya jangan pernah didengarkan dan fokus dalam mengembangkan potensi diri.  

Ian juga membagikan pengalamannya ketika ia kehilangan teman-temannya pada tahun 2017 akibat ia menjadi transwoman. Banyak teman-temannya yang menganggap ia mengkhianati gender yang diberikan Tuhan. “Justru kalau gue ga sadar malah gue menyangkal diri sendiri,” ujar Ian.

Ian Hugen meyakinkan dirinya bahwa transwoman bukan merupakan kesalahan. Ia merasa bahwa hidup merupakan sesuatu hal yang dinamis, tidak linear, ataupun konstan. Baginya, hidup ibarat grafik jantung yang naik turun. Selain itu, Ian berbagi cerita bagaimana cara untuk mengatasai insecurity. Ia mengatakan, kekurangan yang kita punya harus diakui dahulu lalu kita bisa berdamai dengan kekurangan tersebut.

Narasumber kedua, Clorinda Vinska membahas macam-macam krisis, bagaimana melatih coping yang sesuai, menyusun perencanaan yang tepat, serta visualisasi impian menjadi kenyataan. Menurut Clorinda, sebelum menghadapi atau merasakan krisis, kita harus melakukan self-check in terlebih dahulu seperti bertanya pada diri kita sendiri tentang apa yang kita rasakan pada saat itu.

“Krisis itu ada dalam hidup kita dari kita lahir hingga meninggal, bukan hanya di quarter life saja. Mulai dari infant, toddler, pre-schooler, school-ager, adolescent, young adult, middel age, hingga older adult pasti merasakan krisis,” ujar Clorinda.

Dirinya juga membahas tentang Phase of Quarter Life Crisis yang terdiri dari Locks In, Separation, Time-Out, dan Exploration. Menurut Clarinda orang yang sedang merasakan Quarter Life Crisis itu wajar. Namun, hal tersebut harus dapat kita atasi hingga kita dapat melewati fase tersebut. Quarter Life Crisis terjadi ketika diri kita bingung dan belum mampu menentukan pilihan kita.

Pada acara tersebut, banyak partisipan yang bertanya dan bercerita mengenai pengalaman pribadi atau apa yang sedang mereka rasakan. Narasumber pun menjawab pertanyaan partisipan dengan jelas menurut pengalaman mereka atau dari sisi psikolgisnya. Hal ini memabantu partisipan yang bertanya agar tidak merasa kebingungan. Acara KALAPIRSA 2021 ini ditutup dengan penampilan dari musisi Diandras yang membawakan beberapa lagu milik mereka dimana lagu tersebut berhubungan dan mencerminkan Quarter Life Crisis. (Tarissa Ramadhani) 

Editor: Mohamad Rizky Fabian

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.