Header Ads

Belajar Memahami Diri dari Buku I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki

Buku I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki Karangan Baek Se Hee (Sumber: Amelia Maulidina)


Judul buku
      : I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki

Penulis            : Baek Se Hee

Penerbit          : Penerbit Haru

Tebal               : 236 halaman

Cetakan           : XII, 2020

ISBN               : 978-623-7351-03-0

Kategori          : Self improvement

“Kesedihan terkadang seperti minyak dan mendorong kebahagiaan tenggelam ke bawah. Namun, wadah yang menampung kesedihan dan kebahagiaan adalah sebuah wadah bernama kehidupan yang memberikan rasa nyaman dan kebahagiaan dan seperti pada ungkapan bahwa cahaya dan kegelapan berada dalam satu tubuh, hidup kita akan terus berjalan dan rasa bahagia dan sedih akan terus hadir berdampingan”- Baek Se Hee.

Permasalahan psikologis hingga saat ini masih dianggap sebagai hal yang kurang lazim pada beberapa kalangan masyarakat. Padahal, konsultasi ke pihak yang sudah ahli seperti psikiater sangatlah penting bagi kondisi mental sesorang. Baek Se Hee dalam bukunya yang berjudul I Want To Die But I want To Eat Tteokpokki secara umum berhasil menunjukan bagaimana konsultasi psikologis yang runtut dapat menyelesaikan masalah-masalah psikologis. Buku tersebut menceritakan catatan konsultasi penulis yang didiagnosis menderita distimia (depresi berkepanjangan). Buku ini juga mendapatkan sambutan baik di kalangan pembaca, terbukti dengan mendapatkan predikat best seller di Korea Selatan. Dengan menggunakan latar belakang dari kondisi penulis yang mengalami mental illness, buku dengan kategori self improvement ini mengajarkan bagaimana cara menghargai dan mencintai diri sendiri.

Baek Se Hee yang menjadi tokoh utama dalam bukunya sendiri menyampaikan tahapan-tahapan konsultasi mengenai kondisi psikisnya secara runtut pada setiap bab-nya. Beragam gangguan mental yang Ia alami disampaikan dan dikemas dalam wujud dialog antara Ia dan psikiater pada setiap tahapan konsultasinya.

Macam-macam permasalahan psikis yang dialami oleh Baek Se Hee mungkin terlihat sederhana di mata orang yang tidak mengidap gangguan mental, hanya saja sebagai pengidap distimia, Baek Se Hee memperlihatkan bahwa permasalahan sederhana dapat menjadi suatu permasalahan yang kompleks apabila memiliki pola pikir dan cara pandang yang sempit.  Baek Se Hee mencoba menyampaikan bahwa tekanan tidak selalu berasal dari luar diri , melainkan juga bisa berasal dari dalam diri sendiri dan tekanan tersebut dapat diatasi dengan baik apabila seseorang sudah mampu mengenal dirinya dengan baik.

Buku karangan Baek Se Hee ini mencoba untuk mengajak pembaca untuk mengenal lebih jauh mengenai racun yang bermula dari pikiran dan perasaan dalam diri yang dapat mengganggu kondisi psikis diri yang disampaikan secara runtut pada setiap bab-nya. Melalui dialog antara penulis dengan psikiater memperlihatkan beragam gangguan psikis yang dialami oleh penulis dan sebenarnya merupakan suatu hal tidak asing di dalam kehidupan, hal ini menunjukkan bahwa gangguan mental sendiri merupakan hal yang sangat erat dalam kehidupan sehari-hari.

Tekanan-tekanan yang dirasakan dan dihadapi  oleh penulis seluruhnya bermula dari diri pribadi dan solusi yang terbaik juga bermula dari diri sendiri. Seperti rasa ketakutan dan cemas atas penilaian orang lain hingga perasaan yang menganggap bahwa segala yang didapatkan pada masa kini merupakan sebuah kegagalan, semua solusi yang diberikan oleh psikiater dikembalikan kepada penulis, karena seluruh keputusan nantinya akan kembali pada kehidupan diri sendiri.

Secara tersirat, buku berjudul I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki ini mengajak pembaca untuk belajar menghargai dan mencintai diri sendiri. Melihat melalui kacamata Baek Se Hee dengan segala tekanan yang ia rasakan dan mengetahui bahwa seluruh tekanan yang Ia hadapi bermula dari dalam dirinya sendiri. Bahwa untuk mencintai segala hal diluar diri sendiri, baik itu orang lain maupun lingkungan sekitar, harus dimulai dengan mencintai dan menghargai diri sendiri. Seperti ungkapan Baek Se Hee, “ Hanya ada satu ‘aku’ di dunia. Dengan begitu aku adalah sesuatu yang amat spesial. Diriku adalah sesuatu yang harus aku jaga selamanya”.

Buku self improvement karangan Baek Se Hee berisikan dialog antara penulis dengan psikiater serta sedikit esai  ini mampu membuat pembacanya turut merasakan bagaimana kondisi yang dihadapi oleh penulis sebagai tokoh utama. Meski membahas mengenai psikologi serta merupakan buku terjemahan, bahasa yang digunakan tidak terlalu berat dan cukup mudah untuk dimengerti bagi orang yang masih awam terhadap permasalahan psikologis.

Pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis dalam dialognya dengan psikiater  sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sehingga lebih mudah dimengerti pembaca karena pembaca juga merasakan hal yang sama dengan apa yang disampaikan oleh penulis. Selain itu kalimat-kalimat jawaban serta motivasi dari psikiater atas permasalahan yang dihadapi oleh penulis diberi penekanan melalui highlight pada kalimat tertentu, hal ini membantu pembaca lebih mudah untuk membuat bookmark.

Sebagai buku dengan kategori self improvement dengan latar belakang kondisi psikologis dari penulis, buku I Want To Die But I Want To Eat Tteokkpokki cukup menarik untuk menjadi referensi bacaan. Selain karena menjadi best seller di Korea Selatan pesan yang disampaikan penulis sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari serta membangun kesadaran mengenai pentingnya pengetahuan kesehatan mental. Perjalanan Baek Se Hee dalam menghadapi gangguan psikologis yang dialaminya tidak berhenti begitu saja dan masih berlanjut ke sekuel kedua yang berjudul I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki 2 dan telah terbit pada bulan Juni 2020 lalu. (Amelia Maulidina)

Editor: Risky Redemptus

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.