Header Ads

Jangan Salahkan Media yang Kerap Memuat Kehidupan Atta dan Aurel

 

Ilustrasi orang-orang melihat dan memilih media yang mereka inginkan (sumber: freepik)

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi banyak mengubah kehidupan masyarakat dalam sikap dan perilaku. Media sosial hadir menjadi media yang populer sebagai sarana komunikasi dan pemberitaan mengenai fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan. Media sosial dan media massa memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengubah pola pikir bahkan perilaku masyarakat.

Berita yang dimuat di media saat ini tidak hanya berisi fenomena dan isu politik, ekonomi, kesehatan, dan isu lainya yang menyangkut kepentingan umum. Kehidupan selebriti yang tergolong privat pun kerap menjadi pembahasan yang mencuri perhatian masyarakat karena memiliki daya tarik tersendiri. Pernikahan YouTuber Atta Halilintar dan Artis Aurel Hermansyah adalah salah satunya. Hingga kini, pernikahan keduanya masih menjadi buah bibir di media sosial maupun media massa.

Hal tersebut tercermin dari artikel yang kerap dipublish oleh beberapa media massa. Dilansir dari Detik.com pada situs detikhot rubrik Celebs, selama dua minggu terakhir, terdapat berita dengan judul “Gara-gara bola, Atta Halilintar Lupa YouTube Hingga Bikin Cemburu Istri” dan “Atta Halilintar Kesal Aurel Hermansyah Beli Kandang Kucing Rp 100 Juta”. Lalu pada 26/06/2021, Detik kembali merilis artikel dengan judul “Ada-ada Saja! Cara Aurel Hermansyah Semprot Parfum Rp 3,4 Juta Jadi Sorotan”. 

Pemberitaan keduanya juga menghiasi laman media massa lainnya. Pada laman Kompas.com pada rubrik Hype, ditemukan beberapa artikel yang membahas pasangan ini. Sebut saja artikel dengan judul “Larang Aurel Hermansyah Diet, Atta Halilintar Mengaku Jadi Sering Bertengkar” pada 22/06/2021, artikel “Saat Aurel Hermansyah Ungkap Sikap Atta Halilintar yang Berubah Setelah Menikah Dengan Aurel Hermansyah” pada 20/06/2021, serta artikel “Sifat Atta Halilintar yang Berubah Setelah Menikah Dengan Aurel Hermansyah” di tanggal yang sama. Kebanyakan artikel yang ditulis diambil dari cuplikan YouTube pasangan ini. Beberapa artikel tersebut merupakan contoh kecil dari banyaknya artikel di media massa mengenai Atta dan juga Aurel.

Pemberitaan media mengenai kehidupan pribadi Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah tidak berhenti pada kasus pernikahan. Media juga memberitakan kehidupan setelah menikah dan membahas masalah serta kegiatan rumah tangga mereka bedua. Salah satun contohnya merupakan artikel yang berjudul “Atta Halilintar Kesal Aurel Hermansyah Beli Kandang Kucing Rp 100 Juta,” yang dimuat Detik.com pada 26/06/2021 lalu.

Artikel terebut sempat mencuri perhatian Pebulutangkis kebanggaan Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting. Ia berkomentar pada link artikel yang diunggah di Twitter tersebut dengan mengatakan “trus aing kudu naon?” yang diambil dari bahasa Sunda yang berarti “terus aku harus bagaimana?”. Hal tersebut mengundang perhatian banyak netizen karena merasa terwakilkan dengan cuitan pria kelahiran Cimahi tersebut.

Pemberitaan tersebut dianggap tidak memuat informasi yang berguna. Hal tersebut terlihat dari salah satu komentar netizen yang mengatakan, jangankan orang awam, atlet yang sibuk pelatihan nasional mulai bosan dengan media yang terus menerus memberitakan informasi yang tidak bermutu. “Benar sih Ting, (merujuk pada komentar Ginting sebelumnya) media sekarang ga jelas bangeheadlinenya.,” tutur pengguna media sosial yang lain. Padahal, hal ini justru kembali kepada masyarakat untuk menentukan berita dan informasi seperti apa yang akan mereka konsumsi.

Keaktifan masyarakat pada fenomena di atas dapat dihubungkan dengan pendekatan teori penggunaan dan pemenuhan kebutuhan (uses and gratifications theory)Menurut Elihu Katz, Jay G. Blumlerm, dan Michael Gurevitch selaku pencetus teori,  titik-berat penelitian ini diterapkan pada audiens selaku penentu pemilihan pesan dan media. Teori penggunaan dan pemenuhan kebutuhan menggunakan pendekatan terhadap audiens member. Teori ini mencoba menjelaskan tentang bagaimana audiens memilih media yang mereka inginkan. Selain itu, mereka juga dianggap sebagai entitas yang secara aktif memilih dan memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda–beda di dalam mengonsumsi media.

Dari fenomena di atas kita dapat melihat bahwa banyak masyarakat yang tertarik dengan pemberitaan mengenai pasangan tersebut. Meski demikian, hal tersebut juga dipengaruhi oleh pihak media yang selalu memuat pemberitaan pasangan ini. Di sisi lain, banyak masyarakat yang merasa risih dengan pemberitaan pasangan ini, serta menganggap informasi yang disampaikan tidak penting dan tidak berguna. Tanpa disadari, Teori Penggunaan dan Pemenuhan kebutuhan ini sudah terealisasikan dan terjalankan sesuai dengan pendekatannya. 

Sebagaimana yang kita ketahui, setiap manusia memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan setiap orang memiliki latar belakang, pengalaman, dan lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini membentuk pola masyarakat dalam memilih serta mengonsumsi media.  Jika khalayak merasa tertarik dengan pemberitaan yang dimuat media, mereka dapat langsung masuk ke laman yang tersedia sesuai kebutuhannya. Begitu pula sebaliknya, apabila khalayak merasa tidak tertarik bisa langsung memilih media lain.

Di masa pandemi seperti ini, kita memang selalu dihadapkan dengan media sosial dan media massa. Terkadang, konten yang muncul adalah konten yang tidak menjadi kebutuhan kita. Kita dapat dengan mudah melewatkan atau membatasi konten tersebut. Melalui fenomena ini, kita dapat menyimpulkan bahwa audiens/khalayak memiliki kemampuan penuh untuk memilih apa yang menjadi kebutuhan mereka. Khalayak atau fans mungkin menjadikan artikel Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah sebagai sarana hiburan. Akan tetapi, di sisi lain, ada juga khalayak yang merasa tidak penting dengan artikel kedua pasangan ini.

Kita tidak bisa sepenuhnya terus menerus menyalahkan media massa yang memuat artikel mengenai pemberitaan Atta Halilintar dan Aurel. Sebab, media juga menyediakan laman sesuai dengan kriteria pembahasan. Tentu kita berharap, adanya pemberitaan terus menerus dari pasangan tersebut tidak menutupi pemberitaan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak. Di sisi lain, masyarakat juga dapat memperbaiki pola pikir dan cara pandang yang positif agar kedepannya, media dan masyarakat memiliki hubungan yang harmonis. (Denni Risnawati Br Anak Ampun)

Editor: Syiva PBA


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.