Header Ads

Dilema Parkir UPNVY: Juru Parkir Kewalahan, Birokrasi Sebut Lahan Terbatas

 

Kondisi Parkiran Sementara di Lapangan Urip Sumoharjo  (Sumber : Sahaya Kinantan/Suara Sikap)


Yogyakarta, Sikap- Memasuki tahun ajaran 2025/2026, persoalan lahan parkir yang terbatas di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (UPNVY) menjadi keluhan mahasiswa, terutama dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Jumlah mahasiswa aktif yang kian bertambah tidak sebanding dengan kapasitas lahan parkir yang tersedia. Peningkatan jumlah ini cukup pesat, pada tahun 2024 terdapat 3.353, lalu tahun 2025 terdapat 4.347 mahasiswa aktif, sedangkan kapasitas ruang parkir hanya 980 motor. Kondisi ini berdampak pada banyak motor yang tidak tertampung di lahan parkir utama lalu dialihkan ke lapangan Urip Sumoharjo sebagai penunjang. Akibatnya menimbulkan banyak keluhan dari mahasiswa, diantaranya motor yang kepanasan bahkan kehujanan.


Kinnara Putri Arlia mahasiswa Ilmu Komunikasi menyampaikan, “Kalo menurutku itu sangat kurang memadai ya karena jujur kayak sampe lapangan itu (Lapangan Urip Sumoharjo) dipake buat parkiran itu sangat tidak efektif dan juga mengganggu, kan kita masih ada matkul olahraga ya, itu mengganggu banget terus juga basement itu masih sangat sempit,” ujar Nara.


Tidak sampai disitu, di area gedung Ahmad Yani juga disediakan tempat parkir, akan tetapi lahan tergolong sempit dan kurang memadai sehingga kesulitan memarkirkan motor disana. “Yang disebelah sana dekat gedung Ahmad Yani ya itu juga masih sangat sempit, jadi menurutku masih sangat kurang memadai sih,” lanjut Nara.


Hal serupa juga dikatakan oleh Hanunatuzulfa Fairuz Ariyanto seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi. Zulfa mengatakan “Parkiran di kampus 2 jujur sangat sedikit lahannya, apalagi misal kita udah telat dateng ke kampus aja, misal udah siang gitu ya, itu tuh udah bakal padet banget gitu, buat masuk aja udah susah banget, bahkan biasanya motornya juga numpuk-numpuk gitu loh, jadi kayak ada depan terus belakangnya ada lagi gitu, ” tegasnya. 


Tak sampai disitu, Joseph Andorojati Crisopras menegeluhkan jika motor akan rusak jika terus terpapar matahari ataupun kehujanan. "Musim hujan itu mesti kehujanan, basah Dalamnya kebasahan dll sebagainya Kalau siang dan itu panasnya terik, motornya kepanasan Jadi kasihan tuh bisa ada motor yang rusak," keluh Joseph.

Menurut keterangan Wahyu Septiana salah satu juru parkir di kampus 2 “Kalau parkiran di Kampus 2 ini sebenarnya sudah overload, melebihi kapasitas. Karena kapasitas di basement itu cuma sekitar 980an sedangkan mahasiswa yang di sini, parkir di sini, lebih dari seribu.” Hal ini tentu saja membuat ruang parkir membludak sehingga banyak motor diarahkan untuk parkir diluar basement


“Nah, tapi dengan mahasiswa banyak ada tempat parkir yang lain, kita arahkan ke lapangan Urip Sumoharjo. Jadi nggak terlalu berjubel,“ ucap Wahyu. Permasalahan ini membuat juru parkir merasa kewalahan ketika mengatur banyaknya motor. “Kalau kewalahan, kewalahan sih mas,” pungkas Wahyu.


Pemindahan motor ke lapangan Urip Sumoharjo bukan merupakan solusi tepat, hal ini  karena motor - motor yang terparkir di lapangan tersebut terkena panas dan hujan akibat tidak adanya pelindung. Nara kembali mengeluhkan, “Kepanasan, kotor juga karena kena ya itu debu-debu dari tanahnya itu.” 


Pendapat serupa juga dikatakan oleh Zulfa, ia mengatakan “Cuman kalau misal udah mau pulang, posisinya hujan, posisinya kepanasan, nanti motornya susah buat diambil dan juga becek. Selain itu, banyak debu tadi yang udah dibilangin sama Nara juga,” ucapnya.


Tanggapan Birokrasi 


Lebih lanjut, tim reporter Suara Sikap menemui Indro Herry Mulyanto selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan di ruang Dekanat FISIP. Dengan tenang, ia menjelaskan bahwa keterbatasan lahan menjadi kendala utama. Sejak sebagian area di blok B harus dikosongkan untuk pembangunan gedung baru, ruang parkir otomatis berkurang drastis. “Sebenarnya dulu kami kan sudah menyampaikan bahwa blok B itu dipakai untuk tempat parkir juga. Kenyataannya kebijakan dari universitas bahwa di blok B itu mau dibangun untuk gedung kuliah. Sehingga di sana harus dikosongkan, bahkan sekarang sudah diratakan. Sehingga kondisi perparkiran kita hanya terbatas sekali,” jelas Indro.


Ketika harus mengosongkan sebagian area Blok B untuk rencana pembangunan gedung baru, pihak fakultas akhirnya mengalihkan lahan parkir ke Lapangan Urip Sumoharjo sebagai langkah sementara. Lokasi tersebut dipilih karena menjadi ruang terbuka paling luas dan dianggap dapat menampung kendaraan mahasiswa. Meski begitu, keputusan ini bukan tanpa konsekuensi. Lapangan Urip sejatinya digunakan untuk kegiatan olahraga, sehingga perubahan fungsi ini menimbulkan dilema di lingkungan kampus.


Menanggapi berbagai keluhan mahasiswa, pihak fakultas mengakui kondisi tersebut memang tidak ideal. Indro kembali menjelaskan bahwa penggunaan lapangan Urip sebagai lahan parkir hanyalah solusi sementara di tengah keterbatasan lahan yang ada. “Di sana kan sebenarnya untuk olahraga, jadi kalau dipakai parkir ya olahraganya nggak jalan,” ujarnya. Ia menambahkan, kampus berupaya mencari alternatif lain agar kebutuhan parkir dan kegiatan mahasiswa bisa tetap berjalan berdampingan.


Di tengah berbagai kendala lahan yang ada, birokrasi menyiapkan langkah jangka pendek untuk mengurai kepadatan parkir. Sasana Widjaya yang lokasinya berada di depan J-Walk Mall disebut sebagai lokasi alternatif yang memungkinkan dijadikan area parkir sementara. Meski jaraknya cukup jauh dari lingkungan FISIP, opsi ini dinilai sebagai solusi paling realistis untuk saat ini, namun kembali lagi perlu izin dari universitas “Kalau disetujui, itu bisa jadi tempat parkir sementara agar kebutuhan bisa terpenuhi,” ujarnya.


Walaupun seluruh area kampus sebenarnya sudah tercakup dalam rencana pengembangan jangka panjang universitas, persoalan parkir tampaknya masih luput dari perhatian utama. Indro menilai, aspek fasilitas sederhana seperti lahan parkir belum sepenuhnya masuk dalam perencanaan induk, khususnya di kawasan Babarsari. Karena itu, pihak fakultas hanya bisa mengusulkan alternatif sementara, seperti pemanfaatan sebagian lahan di Sasana Widjaya. 


Indro menegaskan keputusan akhir tetap berada di tangan pimpinan universitas. “Kami di level fakultas hanya bisa memberi masukan, tapi belum tentu diterima,” ujarnya. Ia menambahkan, jika pun nanti rencana parkiran di Sasana Widjaya disetujui, kenyamanan pengguna harus tetap jadi perhatian utama. Menurutnya, area parkir idealnya memiliki peneduh, atap genting, dan mungkin dibuat bertingkat agar lebih aman dan layak digunakan.


Seluruh elemen keluarga FISIP UPNVY memiliki harapan besar agar masalah parkiran segera terpecahkan. Lantaran secara tidak langsung, permasalahan ini mengganggu kegiatan belajar mengajar mahasiswa. Baik mahasiswa maupun petugas ketertiban mengharapkan segala solusi dari birokrasi segera terealisasikan agar tidak berlarut-larut pada ketidaknyamanan Nara menekankan agar penyelesaian masalah fasilitas parkir yang tidak mengorbankan fungsi ruang lain, seperti lapangan olahraga. (Pandhu Wiratmoko dan Sahaya Kinantan)


Editor: Erlysta Nafa Azhary


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.