Header Ads

Ubah 'Insecure' Menjadi Bersyukur dalam Imperfect

Poster film Imperfect. (Sumber: Google)

Setiap orang ingin mencapai kesempurnaan dalam hidupnya. Baik dari kesempurnaan secara materi, intelektual maupun fisik. Fisik acapkali menjadi masalah bagi seseorang jika tidak sesuai dengan apa yang menjadi standar umum. Mengakibatkan ketidakpercayaan diri terus menguasai diri dan berujung adanya rasa insecure. Berat badan, tinggi badan, warna kulit, bentuk gigi, jenis rambut dan masih banyak lagi bagian fisik lain yang dituntut untuk sempurna. Oleh siapa? Tentunya oleh orang-orang yang gila kesempurnaan dan yang menganggap bahwa standarnya harus diikuti oleh semua orang.

Fenomena seperti itulah yang menjadi latar belakang Ernest Prakarsa untuk menggarap film yang berjudul “Imperfect”. Film ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Rara (Jessica Mila) yang memiliki kulit gelap, rambut agak keriting dan berbadan gemuk. Berbeda dengan adiknya Lulu (Yasmin Napper) yang berkulit cerah, wajah blasteran, berambut lurus, dan tentunya langsing tidak seperti Rara. Sejak kecil ibu Rara sering sekali mengatur mengenai pola hidup Rara, akan tetapi Rara cuek. Seringkali Rara mendapat body shaming karena bentuk fisiknya, tapi Rara tidak menghiraukan itu. Apalagi Rara juga sudah memiliki pacar yang menerima apa adanya, yaitu Dika (Reza Rahadian).

Foto Rara dan Dika. (Sumber: Google)
Konflik demi konflik muncul dari awal cerita, emosi penonton terus dibuat naik. Berawal dari tiba-tiba ayah Rara yang meninggal, kemudian ada suatu titik yang membuat Rara harus mengubah penampilan. Ketika Rara sudah bekerja, ia ingin menempati suatu posisi penting dimana penampilan Rara dipertaruhkan. Sehingga membuat Rara harus menurunkan berat badan selama 30 hari. Adegan demi adegan dimainkan dengan apik, membuat penonton mengikuti jalan cerita yang tidak rumit. Tidak hanya berfokus pada perjuangan Rara saja dalam memperbaiki penampilannya, film ini juga menampilkan sisi-sisi yang khas dari Ernest Prakarsa dalam membuat film. Penampilan komika yang memerankan Ali (Uus), penampilan geng kosan yaitu Maria (Zsa Zsa Utari), Neneng (Aci Resti), Endah (Neneng Wulandari), dan Neti (Kiky Saputri) menaburi film ini dengan candaan-candaan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Penampilan mereka yang dibuat tidak jauh dari sifat asli sehari-hari sukses memecah gelak tawa penonton.
Tokoh Geng Kosan. (Sumber: Google)
Penekanan tokoh-tokoh ini tidak hanya melalui celotehan-celotehan saja, akan tetapi kembali lagi ke tema utamanya yaitu insecure. Masing-masing tokoh memiliki rasa insecurity-nya masing-masing, tidak hanya tokoh utama, misalnya Lulu, meskipun Ia dirasa cukup sempurna oleh Rara, tetapi ada satu adegan yang menunjukkan ia murung dan khawatir tentang komentar-komentar mengenai wajahnya yang bulat di Instagramnya. Kemudian insecurity juga ditunjukkan oleh masing-masing geng kosan, yaitu memiliki kulit gelap, gigi yang tidak rata, dan bentuk tubuh yang kurang sempurna. Hal ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, orang yang memiliki kondisi fisik seperti apapun memiliki rasa mindernya masing-masing.

Foto Rara yang telah berubah. (Sumber: Google)

Film “Imperfect” bisa menampar banyak orang yang menontonnya. Tentang sejauh apa body shaming bisa menyakitkan hati, sebesar apa pengaruh kalimat-kalimat yang terlontar untuk seseorang. Mengejek, bercanda dan mengatai fisik seseorang dengan label tertentu tidak membuat orang itu percaya diri, justru malah sebaliknya dan bahkan berpengaruh pada mentalnya.

Mulai sekarang harus mensyukuri apa yang sudah dianugerahkan Tuhan, karena setiap orang memiliki kurangnya masing-masing. Film “Imperfect” mengajarkan kepada kita “Harusnya sih bersyukur bukan malah insekyur, hehe”. Film ini cocok ditonton apalagi untuk mereka yang gila kesempurnaan. Apa itu kesempurnaan? Jika hanya sebagai label untuk menjatuhkan orang lain, hanya menjadi pemaksaan dan malah mengubah seseorang untuk tidak jadi diri sendiri. Padahal mencintai diri sendiri itu penting. (Dian Puspita)

“Kita enggak perlu sempurna untuk menjadi bahagia” -Rara.


Editor: Muhammad Hasan Syaifurrizal Al-Anshori

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.