Header Ads

Barista Mahasiswa: Dari Pengisi Waktu Luang dan Eksistensi Hingga Jadi Passion


Meracik kopi dengan mesin espresso (Foto: Dwi)

Perkembangan coffee shop di Yogyakarta terbilang cukup tinggi. Dilansir dari laman tirto.id dan selular.id, pada tahun 2016 ada sekitar 800 kedai kopi dan mengalami peningkatan di tahun 2017 mencapai angka 1200 kedai yang tersebar di Kota Pelajar. Hal ini membuat peluang kerja menjadi barista begitu besar, hingga menarik minat mahasiswa untuk bekerja secara part time maupun full time untuk mengisi waktu luangnya.

Biasanya mahasiswa yang memilih menjadi barista adalah mereka yang tidak mengikuti kegiatan organisasi selain kuliah ataupun menggambil sedikit jumlah SKS. Untuk mengisi waktu luang tersebut, kebanyakan dari mereka mencoba bekerja part time barista di coffee shop.

Fenomena ini berkembang karena kebiasaan mahasiswa yang kerap melakukan aktivitasnya di luar, baik untuk belajar, mengerjakan tugas, atau sekedar nongkrong bersama teman. Sambil menikmati secangkir kopi. Seperti Adistya Yoga, salah satu barista Kene Coffee yang sudah hampir tiga tahun melakoni pekerjaan itu. Berawal dari hobi nongkrong bersama teman di coffee shop hingga tertarik menggeluti bidang kopi.

“Daripada uang habis untuk nongkrong terus, kenapa ga coba jadi barista aja, selain itu juga untuk mencari kesibukan sampingan plus hobi ngopi juga,” ceritanya yang sedang bersantai sambil menikmati kopi saat jam istirahat di Kene Coffee.

Mahasiswa Manajemen angkatan 2014 YKPN itu bercerita tentang alasan ia memilih menjadi barista. Tak hanya sekedar mencari kesibukan, Adistya juga memang sudah tertarik pada kopi. Sebelum bekerja di Kene Coffee, lelaki asli Solo ini pernah bekerja di Warung Pemula selama delapan bulan dan Konkrit selama tiga bulan lamanya. Baginya menjadi barista bukan sekedar mencari ilmu dalam meracik kopi tetapi disitu ia belajar untuk mengatur masalah dalam sebuah tim.

“Dalam sebuah tim pasti ada masalah, nah, bagaimana caranya kita harus menyelesaikan masalah itu bareng-bareng disuatu kondisi pekerjaan,” jelas dirinya yang juga pernah mengikuti ajang Aeropress awal Februari lalu.

Walaupun menyukai bekerja sebagai barista hingga pernah membuka coffee shop di Solo pula, Adistya mengaku pernah sempat berhenti karena jadwal kuliah yang padat pada akhir tahun 2017. Manajemen waktu adalah hal yang perlu diperhatikan, bagi mereka, para mahasiswa yang mencoba untuk menggeluti bidang ini. Jika tidak bisa membagi waktu antara kuliah dan bekerja, maka salah satu akan ada yang dikorbankan.

Penampilan menarik dan ramah adalah hal mendasar yang harus dimiliki seorang barista. Karena mereka pasti bertemu dengan orang baru, berbicara, hingga bertukar isi pikiran baik itu soal kopi ataupun lainnya. Tak sedikit dari pengunjung malah tertarik untuk menjadi barista pula, karena melihat dan mendengar cerita dari pengalaman barista yang coffee shop-nya mereka datangi.


Eksistensi Berubah Jadi Passion

Selain Adis, ada juga Melani, barista Noena Coffee yang tengah menjalankan studi di Ilmu Komunikasi 2016 UPN “Veteran” Yogyakarta. Sudah sekitar delapan bulan ia melakoni waktunya dengan bekerja di coffee shop itu. Apalagi di Noena Coffee, dirinya diberikan kelonggaran dalam menentukan waktu kerja yang fleksibel. Bila ada kesibukan lain, cukup  berkomunikasi dengan atasan. Saat pertama kali memilih menjadi barista, Melani merasa karena bentuk eksistensi diri.

“Walau sebenarnya juga untuk nyari uang selain eksis, tapi lama-kelamaan kalau jadi barista malah makin boros, soalnya jadi barista udah tau kopi maka lebih sering ngopi dimana-mana, explore, membandingkan rasa,” jelas Melani sambil meracik kopi pesanan pelanggannya malam itu.

Melani tengah meracik kopi (Foto: Dwi)

Menjadi seorang barista bukan sekedar antara barista dan pelanggan. Tapi antara barista dan kopi. Antara barista dan rekan kerja, bagaimana bekerja dalam tim. Bagaimana mengurangi ego saat melayani dan meracik kopi. Apalagi bila dihadapkan dengan “pendekar”, istilah bagi mereka yang ahli dibidang kopi. Dengan begitu banyak permintaan dan biasanya juga menguji kemampuan para barista.

Bagi Melani, kopi sudah mendarah daging dalam dirinya. Kopi mengubah mindset awal dirinya tentang eksistensi tetapi rasa sukanya terhadap kopi. Dari mengisi kekosongan hingga menjadi passion diri. (Dwi Atika Nurjanah)

Editor: Aqmarina Laili Asyrafi

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.